-->
  • To Kill A Mocking Bird : Sebuah Novel tentang Kasih Sayang dan Prasangka

     

    To Kill A Mocking Bird : Sebuah Novel tentang Kasih Sayang dan Prasangka


    Kau Tidak Akan pernah Bisa Memahami Seseorang, Hingga Kau Melihat Segala Sesuatu Dari sudut Pandangnya….Hingga Kau Menyusup Ke Balik Kulitnya dan Menjalani Hidup Dengan Caranya


    Bulan Juni ini, aku lagi seneng baca ulang buku-buku jadul terbitan lama yang telah lebih dari satu dekade membersamai kami. Setelah menamatkan novel Snow karya Orhan Pamuk, lanjut baca buku karangan Harper Lee yang berhasil meraih Pulitzer Prize Winning For Fiction dan tercatat dalam Guinnes world Record sebagai Buku Terlaris Sepanjang Masa.

    Ada yang tahu? Buku apakah itu? ya betul banget buku legendaris To Kill A Mocking Bird yang telah dialihwahanakan juga ke layar lebar, sudah ada yang nonton filmnya?

    Jujur aku tuh suka rada fomo kalau baca buku, gara-gara membaca sebuah unggahan yang mengatakan bahwa buku  To Kill A Mocking Bird merupakan salah satu buku pavorit pesohor dunia, si cantik Victoria Beckham. Bahkan putrinya pun dinamai  Harper karena terinspirasi dari nama pengarang buku ini.

    Selain itu  dengan berbagai penghargaan yang telah diraih To Kill The Mocking Bird, menjadi garansi  tema yang diangkat dalam buku ini pasti sangat luar biasa kerennya. Tapi sayang aku sudah lupa,  buku ini nyeritain apa?

    Mungkin karena bacanya waktu itu riweuh sambil mengurus  dua anak laki-laki, yang satu masih bayi dan satu lagi todler. Jadi lewat begitu saja, tidak merasakan pengalaman membaca seperti teteh Victoria, yang katanya buku ini begitu kuat dan penuh emosi.  

     Judul Buku : To Kill a Mocking Bird | Penulis : Harper Lee | Pengalih Bahasa : Femi Syahrani | Penerbit : Qanita PT Mizan Pustaka  | Tahun Terbit : 2008, Juli Cetakan II |  Jumlah Halaman : 533 halaman |

    Scout dan Jem Finch

    Scout dan Jem merupakan putra dan putri Atticus Finch yang berprofesi sebagai pengacara. Mereka tinggal bertiga dengan bahagia di Maycomb County, karena istri Atticus telah meninggal dunia saat Scout dan Jem  masih kecil.

    Scout anak perempuan tomboy yang senang memakai celana dan overall dibanding memakai rok seperti anak-anak lainnya. Dia   hampir mogok tidak mau sekolah karena gurunya sedang memperkenalkan cara pembelajaran baru dengan menggunakan Sistem Desimal Dewey yang mempergunakan kartu (aku tuh baru tahu kalau sistem ini bisa diterapkan untuk belajar membaca, bukan hanya untuk mengkategorisasi buku di perpus aja ya…).

    Jadi murid-murid dilarang belajar membaca di rumah karena akan merubah cara membaca mereka. Sedangkan menurut Jem, Scout sudah pandai membaca  bahkan sebelum lahir.

    Dengan adanya peraturan tersebut, Scout takut tidak bisa lagi membaca bersama ayahnya di rumah. Untung Atticus mengerti kegundahan putrinya. Malam itu, ia mengajarkan putri bungsunya cara berkompromi  yaitu kesepakatan yang dicapai dengan sama-sama mengalah.

    Ayah dan anak itu pun bersepakat, jika Scout mau bersekolah. Ia boleh membaca bersama dirinya setiap malam.  

    Keluarga Atticus Finch mempunyai seorang pengurus rumah tangga berkulit hitam yang bernama Calpurnia. Perempuan itu sudah ikut bersama keluarga mereka sejak Atticus masih tinggal di Landing, tempat kakeknya Scout.

    Calpurnia pernah mengajak Scout dan Jem ke gereja tempat orang-orang kulit hitam beribadah setiap minggu. Kedua anak itu heran, ternyata di gereja tersebut tidak ada buku hymne. Jem menyarankan agar mereka iuran untuk membeli buku himne, seperti yang mereka lakukan saat menyumbang anggota gereja yang tidak mempunyai penghasilan. Karena suaminya di penjara dan tidak ada warga kulit putih yang mau menerima perempuan malang itu bekerja.

    Tetapi kata Calpurnia pembelian buku himne itu akan  sia-sia, karena hanya empat orang di First Purchase yang pandai membaca termasuk dia dan anaknya yang bernama Zeebo. Ia sangat beruntung walaupun tidak pernah bersekolah, ada yang mengajarkan alfabet padanya.

    To Kill A Mocking Bird : Sebuah Novel tentang Kasih Sayang dan Prasangka


    Selain itu, Jem dan Scout juga baru menyadari bahwa pengasuhnya itu mempunyai kehidupan ganda. Saat bersama kaumnya, tata bahasa yang digunakan Calpurnia tidak seperti saat bersama keluarganya.

    Scout tambah tidak betah bersekolah saat teman-temannya mengatakan bahwa ayahnya adalah pembela kaum niger. Begitupun dengan sepupu dan bibinya, ketika Scout mengunjungi rumah kakeknya di Landing waktu perayaan Natal. Alexandra Finch mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Atticus membuat malu keluarga.

    Scout tidak mengerti apa yang dilakukan Atticus sebenarnya? Kenapa ayahnya tidak boleh membela orang kulit hitam?

    Ketika pengadilan menggelar kasus Tom Robinson yang dituduh telah memperkosa Mayela Ewel. Jem yakin, terdakwa akan bebas. Karena ayahnya dengan begitu meyakinkan membeberkan fakta dan bukti bahwa Tom Robinson tidak bersalah.

    Tetapi apalah daya, saat itu orang kulit hitam dapat memenangkan sebuah kasus di peradilan adalah sebuah keajaiaban.  Tom Robinson tetap dinyatakan bersalah.

    Mirisnya lagi karena membela kaum niger, Atticus hampir kehilangan dua anak kesayangannya.

    Parenting

    To Kill A Mocking Bird, walaupun menceritakan sebuah kisah dari sudut pandang anak-anak. Tetapi banyak banget hal-hal yang dapat diambil pelajari. Terutama cara Atticus yang notabene seorang orang tua tunggal dalam mendidik anak-anaknya, bisa banget dicontoh.

    Bagaimana dia selalu mendengarkan kedua belah pihak saat anak-anaknya bertengkar, caranya memberi pengertian bahwa kita tidak boleh menghakimi seseorang sebelum kita melihat dari cara pandang orang itu. Paling mengharukan saat ia berkeras ingin melaporkan apa yang menimpa Mr. Ewel karena ia takut tidak memberi contoh baik bagi anak-anaknya.

    Sepakat dengan Teteh Victoria Beckham novel ini begitu kuat dan penuh emosi. Walaupun aku bacanya versi terjemahan, tapi oke banget kok pengalihbahasaannya.

    Harper Lee bisa banget membuat esmosi jiwa pembacanya, memotret keadaan sosial masyarakat di Amerika pada tahun 1930-an yang berkelindan dengan tingkah anak-anak membuat senyum-senyum gemesh bacanya.

     

  • You might also like

    No comments:

    Post a Comment

    Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.