Lingkungan adalah
tangan-tangan tak terlihat yang membentuk kepribadian seseorang
Quotes tersebut rasanya sangat
cocok untuk menggambarkan kondisi kejiwaan, cara berpikir, cara bersikap dan
cara mengambil kesimpulan dua orang anak yang bernama Salva dan P. Kisah mereka
diceritakan dalam novel yang berjudul Di Tanah Lada karya
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie.
Sudah lama saya ingin membaca
karya pemenang II, lomba Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun
2014 ini. Di Tanah Lada sering banget didiskusikan oleh teman-teman di Klub
Buku Klip (KBK). Bahkan ada yang sudah membacanya sampai lima kali lho!
Enggak salah dong kalau rasa
ingin memiliki buku bersampul kuning ini semakin bergelora? Tapi semesta baru
mengijinkan saya untuk memeluknya tiga hari yang lalu, setelah berulang kali
memutari rak yang khusus memajang buku bergenre fiksi pada sebuah toko buku.
Sempat khawatir jangan-jangan Di
Tanah Lada sudah tidak tersedia lagi di toko buku tersebut. Menyerah? No way.
Penasaran coba cek dikatalognya statusnya available dan stok tersedia 5
pcs. “tapi kok enggak ada?” pikirku, beruntung ada AA pramuniaga yang baik hati
mau mencarikan buku ini. Alhamdulillah ketemu, ternyata tersembunyi di rak
paling bawah. Bungkus deh.
Judul Buku: Di Tanah
Lada | Penulis : Ziggy
Zezsyazeoviennazabrizkie | Penerbit : PT Gramedia Jakarta | Jumlah Halaman :
245 Halaman | Tahun Terbit : 2023, Mei Cetakan Kedelapan | Harga P Jawa Rp.
88.000 | ISBN : 978 602 03 1896 7|
Di Tanah Lada
Salva merupakan putri tunggal
pasangan Helen dan Doni yang biasa dipanggil Ava. Ava hidup dengan gelimang
kasih sayang yang dicurahkan oleh Helen dan kakek Kia.
Ava sangat hobi membaca kamus
yang dihadiahkan oleh kakek Kia Saat ulang tahunnya yang ketiga. Ia mengenal banyak
sekali kosa kata melebihi anak seusianya.
Tetapi keindahan hidup gadis itu
tercoreng oleh perilaku papanya, yang hobi
main judi dan pemabuk serta bertempramen buruk. Lelaki itu sering memukul Ava
jika menangis atau melakukan kesalahan-kesalahan sepele.
Doni memanggil Ava dengan Saliva
yang berarti ludah karena menganggapnya tidak berguna. Ia menyuruh anak berusia
enam tahun itu untuk bekerja, agar tidak menghabiskan uangnya yang sangat
berharga.
Bukan hanya Ava yang sering
mendapat perlakuan buruk dari Doni. Helen juga sering diperlakukan dengan
kasar, sehingga perempuan itu sering menangis diam-diam dan jarang tersenyum
itulah yang membuat Ava membenci papanya.
Rusun Nero
Setelah kakek Kia meninggal
dunia, Doni mendapatkan uang warisan yang banyak dari kakek Kia. Agar uangnya semakin
bertambah banyak dan dekat dengan tempat judi, Doni memutuskan untuk menjual
rumahnya kemudian membawa anak dan istrinya pindah ke Jakarta.
Di Jakarta, Ava tinggal disebuah
rusun yang kondisinya sangat menyedihkan. Selain temboknya yang pecah-pecah dan
ditumbuhi jamur, Rusun Nero juga tidak layak untuk dihuni karena banyak tikus
dan kecoa berkeliaran.
Jika orang tuanya sedang
bertengkar, mamanya selalu menyuruh Ava untuk pergi kekamarnya. Namun pada
setiap unit bangunan di Rusun Nero hanya terdapat satu kamar, dan papanya tidak
sudi berbagi kasur dengan Ava. Sehingga ia harus melewati malam pertamanya di
rusun Nero dengan tidur di kamar mandi, dan malam berikutnya tidur di dalam
koper yang memicu pertengkaran hebat antara Helen dan Doni.
sumber gambar : Pinterest |
Teman Baru yang Bernama P
Rusun Nero tidak semuanya suram
bagi Ava, disana ia bertemu dengan seorang anak laki-laki di warung ayam goreng
yang tidak jauh dari rusun. Ketika ia disuruh oleh mamanya pergi mencari makan agar
tidak menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar.
Ava tidak pernah mempunyai teman
sebelumnya, oleh karena itu ia sangat menyukai anak laki-laki yang selalu
menyandang gitar tersebut. Tidak heran pada awalnya Ava mengira bahwa P adalah
seorang pengamen.
“Nama kamu sebenarnya siapa?”
tanya Ava pada suatu hari dengan penasaran, karena temannya itu selalu bilang “ada
deh” ketika ditanya namanya.
Ternyata guys selidik
punya selidik teman Ava itu bernama P. Yes only P tidak ada hurup lain
setelahnya.
Kok begitu? Menurut anak itu
ayahnya menganggap dia bukan orang, sehingga tidak perlu diberi nama. Laki-laki
itu sangat membenci anaknya, P tidak pernah diizinkan pulang kalau dia sedang
ada di rumah.
Ava dengan P cepat menjadi akrab
karena mereka sama-sama mempunyai papa yang ringan tangan. Walaupun kehidupan P
jauh lebih tragis dibanding Ava. Jika Ava mempunyai mama, om Ari, tante Lisa
serta kakek Kia yang selalu menyayanginya. P tidak mempunyai siapa-siapa selain
papanya yang selalu bersikap kasar dan jahat.
Anak itu tidak pernah mengenal
sosok perempuan yang melahirkannya kedunia. Menurut papanya, perempuan itu
pergi begitu saja ketika ia baru bisa berdiri setelah melahirkan P.
Satu-satunya benda peninggalan
ibunya adalah sebuah buku yang bercerita tentang seorang pangeran. Oleh karena
itu Kak Suri, tetangga P di Rusun Nero, memanggilnya dengan sebutan Prince.
Lucunya Ava juga tidak mau kalah
dengan kak Suri, ia pun memberi nama spesial untuk P yaitu Pepper karena ia pun
ingin menjadi pasangannya P. Jika kak Suri memberi nama Prince karena pasangannya
adalah permaisuri. Ava memberi nama Pepper karena namanya Salva mirip dengan salt
yang selalu berpasangan dengan lada alias pepper wkwkwk.
Ava dan P memutuskan untuk pergi
dari Jakarta, meninggalkan papanya yang jahat menuju rumah nenek Isma yang berada
di luar pulau. Kebayang enggak sih? Anak sekecil itu nekat pergi jauh dengan
berbekal uang hasil penjualan Hp dan sepeda mini yang akan digunakan sebagai
alat transportasi setelah mereka sampai di pulau sebrang. Akankah mereka sampai
di rumah nenek Isma?
Logika Anak Kecil
Pada halaman-halaman awal membaca
Di Tanah Lada, saya tuh rada-rada lemot untuk memahami jalan cerita. Penulis menyuguhkan
cerita dengan unik yaitu menggunakan logika anak enam tahun yang tidak biasa.
Mereka memahami kepahitan dan kesengsaraan hidup dengan begitu polos yang bikin
gemes dan kadang bikin ketawa bacanya.
Di Tanah Lada bukan buku dongeng
atau cerita anak walaupun tokoh utamanya adalah anak-anak. Novel ini sukses membuatku
melow dan ingin memeluk anak-anak, betapa jiwa mereka yang suci dan bersih
terenggut begitu rupa oleh perilaku sinting orang-orang dewasa yang tidak
dewasa.
Memahami Lebih Banyak Arti Kata
Baca buku Di Tanah Lada dijamin
deh kita akan lebih banyak memahami arti kata bahasa Indonesia, karena Ava
seneng banget baca kamus yang selalu dibawa kemanapun ia pergi. Misalnya nih
arti kata hukum menurut kamus adalah :
hukum [kb]: (1) peraturan atau
adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau
pemerintah ; (2) undang-undang untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; (3) patokan
(kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa yang tertentu ; (4) keputusan
(pertimbangan) yang diterapkan oleh hakim, vonis.
Ajaib banget kan? Kalau ada anak
kecil berkomunikasi sehari-hari dengan menggunakan kosa kata berdasarkan kamus
begini.
Aku Suka Aku Suka
Saya hanya perlu dua hari untuk baca
novel Di Tanah Lada ini. Selain ceritanya menarik, ukurannya juga tidak terlalu
besar ( 20 X 13,5 cm) dan tebal 245
halaman buku ini tidak berat kalau dimasukin tas jadi bisa dibawa kemana-mana
deh. Warna covernya kuning muda girly pisan, kertas dalamnya menggunakan book paper dengan karakter warna high cream. Ukuran
hurufnya juga pas jadi buku ini sangat enak untuk dinikmati sambil minum kopi.
Untung nama tokohnya gampang diingat ya, bahkan ada yang cuma bernama P saja. Tidak seperti nama penulisnya yang dibacanya pun susah beud:)
ReplyDeleteCerita yang mengharu biru..nyesek dan banyak hikmah dari jiwa murni anak-anak begini
iya nama penulisnya susah pisan diingat dan ditulis wkwkwk
DeleteJadi ending ceritanya bagaimana Kak? Apa mereka sampai ke rumah Nenek Ismah? Nenek Ismah itu siapa?
ReplyDeleteendingnya sangat....spoiler enggak ya? wkwkwk. Nenek Isma itu neneknya Ava
DeleteSelain Ikan di Langit, Tanah Lada juga jadi buku yang aku suka dari Ziggy ini hahaha.. dulu pernah ikutan patjar merah ngga sih si Ziggy ini, kayak lupa lupa ingat sama wajahnya
ReplyDeleteItu baca nama penulisnya gimana ya
ReplyDeleteHehe
Kok langsung fokus ke nama penulis
Di grup sebelah, ramai dibahas nih. Banyak yang favorit sama penulisnya. Aku belum pernah baca novelnya sih. Kayaknya menarik, temanya sederhana, banyak kejadian di sekitar kita, ayah yang ringan tangan. Tapi bahwa mereka punya pikiran buat pergi berdua. Ini menarik banget...Pasti kalau udah baca, belum brenti kalau belum selesai yah...
DeleteSama nih sama Mba Dee Arif aku ko JD Ampe miring2 baca penulisnya, oanjang bngt nama sambungnya. Jalan pikiran snak2 memang kadang sukar ditebak, jadi lucu lihat tingkahnya. Bacanya ditemenin kopi plus pisang goreng ya mba, hehe.
ReplyDeleteWah ada ya novel dengan alur cerita seperti ini. Banyak sekali pelajaran nya ya
ReplyDeleteAlhamdulillah, ketemu juga review “di tanah lada” dari bukunya langsung.
ReplyDeletekeren banget emang ini cerita, kemarin masih baca yang versi digital.
Awalnya menyangka kalau buku ini akan banyak bercerita tentang kehidupan di sebuah daerah setelah lihat judulnya, Di Tanah Lada. Ternyata ceritanya buat hati maknyesss juga ya. Kisah anak-anak yang mendapat perlakuan tak layak dari orang terdekatnya. Penasaran juga sih dengan sudut pandang mereka yang masih kecil-kecil ini saat melihat dunia.
ReplyDeleteKak Ziggy ini langganan juara lomba Dewan Kesenian Jakarta ya. Saya tahunnya yang judulnya Semua Ikan di Langit. Belum sempat baca dan beli, ini ada lagi menarik di Tanah Lada. Keren kak Ziggy
ReplyDeleteKalau ceritanya sudah miris begini, saya pun makin penasaran bacanya
ReplyDeleteMau cari ah yang judul ini.
Saya punya karya kak Ziggy judul lain
Novel dengan sudut pandang logika anak kecil. Wajib dibaca nih, Terutama untuk pendidik, biar lebih memahami dunia logika murid-muridnya
ReplyDeletePenasaran banget sama perjalanan dua bocil di atas. Apa ya? Kepedihan-kepedihan yang mereka alami terasa sangat dalam meskipun cuma baca sedikit aja.
ReplyDelete