Monday, October 28, 2024

Resensi Buku Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya

 

Meskipun Bung Hatta Telah Tiada,

Bung Hatta Akan Tetap Hidup

Dalam Hati Kami

Cita-Cita Bung Hatta

Akan Senantiasa

Menyinari Perjuangan Kami

Itulah teks yang terukir dalam batu peringatan yang terdapat di kompleks pemakaman Bung Hatta di Tanah Kusir, yang dibuat oleh Presiden Soeharto.

Teman-teman ada yang pernah mempertanyakan, kenapa Mohammad Hatta dikebumikan di Tanah Kusir tidak di Taman Makam Pahlawan seperti para pahlawan lainnya?

Menurut Halida Nuriah Hatta, putri bungsu Bung Hatta, itu adalah keinginan Bung Hatta sendiri. Dalam surat wasiatnya Wakil Presiden Republik Indonesia Pertama ini menulis bahwa beliau ingin dikuburkan di kota Jakarta yang menjadi pusat perjuangan dan pusat kegiatan pergerakan politik nasionalnya untuk bangsa Indonesia. Pada kalimat berikutnya Bung Hatta berkata ingin dikuburkan di pekuburan biasa (bukan di makam pahlawan)  dengan keterangan tertulis “ Ingin berada di tengah-tengah rakyat yang nasibnya telah saya perjuangkan selama hidup saya”.

Wasiat tersebut dibagikan oleh putri Bung Hatta bersama kenangan-kenangan indah lainnya dalam buku yang berjudul Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya.

Resensi Buku Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya


Judul Buku : Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya | Penulis : Meutia Farida Hatta,  Gemala Rabi’ah Hatta, Halida Nuriah Hatta | Penerbit : PT. Kompas Media Nusantara | Tahun Terbit : 2021,  Januari Cetakan Ketiga | Jumlah Halaman : x + 294 hal | ISBN : 9789797099886 |

Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya

Bung Hatta merupakan sosok yang begitu istimewa, kepribadian yang begitu luhur, integritas dan kecintaannya kepada bangsa Indonesia tiada yang meragukan. Begitu setianya Bung Hatta kepada cita-cita perjuangan tidak segan ia rela mengalahkan kepentingan pribadinya.

Beliau memiliki sumpah “Tidak Akan Menikah Sebelum Indonesia Merdeka”, oleh karena itu Bung Hatta baru menikah tanggal 18 November 1945, pada saat usianya tidak muda lagi yaitu 43 tahun dengan seorang gadis berdarah Jawa -Aceh yang berusia 19 tahun. Setelah di comblangin oleh Bung Karno.

Terus mas kawinnya unik banget lho, biasanya kan kalau orang menikah itu mas kawinnya berupa perhiasan,seperangkat alat sholat atau uang yang jumlahnya unik sesuai dengan tanggal pernikahan dll. Kalau Bung Hatta maskawinnya adalah buku karangannya yang berjudul Alam Pikiran Yunani. Buku tersebut ditulisnya saat beliau sedang menjalani pengasingan di Banda Neira.

Dari pernikahannya tersebut Bung Hatta dikaruniai tiga orang putri cantik yaitu :

1. Meutia Farida Hatta Swasono

Putri sulung Bung Hatta ini lahir di Jalan Reksobayan No 4 Yogyakarta 21 Maret 1947, pada saat ibu kota pemerintahan dipindahkan dari Jakarta Ke Yogyakarta. Sebagai anak sulung, tentu saja kebersamaan beliau bersama Bung Hatta lebih kaya dibandingkan kedua adiknya.

Banyak hal yang dibagikan beliau dalam buku ini diantaranya pengalaman menemani Bung Hatta ke Honolulu pada tahun 1968 dalam rangka memenuhi undangan East West Centre (EWC) selama enam bulan. Pada saat itu Bung Hatta didaulat sebagai senior fellow yaitu pakar yang diundang untuk menulis buku dan memberikan ceramah sesekali kepada mahasiswa tingkat doktoral dan dosen-dosen University of Hawaii (UH) yang tertarik pada topik sejarah dan politik.

Resensi Buku Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya


Keikutsertaan Meutia menggantikan ibunya yang tidak bisa mendampingi Bung Hatta karena mengasuh kedua adiknya. Tugasnya adalah mempersiapkan segala keperluan ayahnya mulai dari mencuci, memasak, menyetrika dan berbagai tugas rumah tangga lainnya.

Pada saat itu, Meutia belum terlalu pandai memasak. Tetapi ayahnya selalu menikmati masakannya dan  tidak pernah berkomentar negatif .

2. Gemala Rabi’ah Hatta

Putri kedua Bung Hatta ini lahir di Jakarta, 2 Maret 1952. Namayang diberikan ayahnya memiliki makna yang sangat cantik, Gemala berarti batu mulia atau batu permata. Sedangkan Rabi’ah namanya mirip dengan kakak ayahnya yaitu Rafiah.

Sang Uni yang sangat disayangi oleh Bung Hatta, keduanya sudah menjadi anak yatim sejak berusia belia. Tidak heran mereka berdua  mempunyai ikatan batin yang begitu kuat dan istimewa.

Resensi Buku Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya


Gemala kecil sering merasa heran ketika melihat ayahnya sering menolak ketika ada orang yang ingin mencium tangannya. Hal itu sering ditanyakan kepada Bung Hatta tetapi tidak pernah mendapat jawaban. Ayahnya hanya menanggapi dengan senyuman, padahal untuk hal lain Bung Hatta tidak pernah menolak untuk memberikan jawaban.

Bertahun-tahun kemudian dari sikap dan tingkah laku ayahnya, Gemala belajar mengamati bahwa ayahnya takut dikultusindividukan dan takut dalam hatinya terdapat rasa sombong dan seakan takut kepada Allah kalau sampai dirinya tidak disayangi-Nya karena adanya sifat ingin membesarkan diri diri di hatinya.

3. Halida Nuriah Hatta

Putri bungsu Mohammad Hatta ini sebagaimana kakak keduanya lahir di Istana Wakil Presiden yang terletak di Jalan Gambir pada tanggal 25 Januari 1956. Sebagai anak bungsu, Halida tidak memiliki kenangan yang banyak tentang rumah besar itu. Karena tidak lama ayahnya meletakan jabatan sebagai wakil presiden Republik Indonesia setelah terpilihnya DPR dan konstituante.

Sebagai mantan wakil presiden sebenarnya Bung Hatta dimungkinkan untuk tetap tinggal di rumah besar tersebut. Tetapi sebagai orang yang memiliki integritas, beliau memilih tinggal di rumah pribadinya yang terletak di jalan Menteng.

Tetapi bukan berarti Halida tidak memiliki kenangan bersama ayah tercintanya, Halida merasa beruntung memiliki seorang ayah seperti Bung Hatta. Yang selalu memegang prinsip bahwa seseorang yang mempunyai status tertentu dalam masyarakat harus selalu mengerti untuk menjaga martabatnya.

Resensi Buku Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya


Selalu Ada Untuk Putrinya

Saat sekarang banyak anak yang kehilangan sosok ayah atau dalam bahasa kerennya fatherless, putri-putri Bung Hatta walaupun mempunyai ayah yang memiliki kedudukan tinggi dengan aktivitas banyak tetapi Bung Hatta selalu ada buat mereka.

Misalnya ketika beliau harus berobat ke Eropa karena pada saat itu dunia kedokteran di Indonesia belum secanggih seperti sekarang. Dalam keadaan sakit, beliau masih sempat mencarikan guru les untuk anaknya agar dapat masuk SMA dengan nilai yang bagus.

Setelah selesai membaca buku ini, saya semakin kagum terhadap wakil presiden Republik Indonesia yang pertama ini, integritas, kejujuran dan keberaniannya sangat luar biasa. Ia tidak pernah takut untuk menyuarakan kebenaran.

Bisa banget nih dicontek pendidikan parenting yang diterapkan Bung Hatta kepada putri-putrinya. Dalam bersikap selalu memberikan teladan yang baik dan memberikan pendidikan karakter melalui kegiatan sehari-hari.

14 comments:

  1. Masyaallah. Beruntung banget para putrinya memiliki ayah seperti Bung Hatta, ya. Idolaku sejak kecil.

    ReplyDelete
  2. Belajar parenting bahkan bisa mencontoh para teladan jaman dulu termasuk pendidikan parenting yang diterapkan oleh Bung Hatta.

    ReplyDelete
  3. Bung Hatta sebagai sosok laki-laki tuh family man ya...setia dan dekat dengan keluarga. Terbukti juga ketiga putrinya rukun hingga kini , Masya Allah, sebuah teladan pendidikan parenting bagi kita semua

    ReplyDelete
  4. Wah aku paling suka baca buku geografi seperti ini, terutama tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh besar, seperti Bung Hatta, ada banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik dari perjalanan tokoh-tokoh tersebut, Cusslah pingin baca bukunya juga.

    ReplyDelete
  5. Aku baru tahu loo ternyata kalo bung hatta saat proklamasi ternyata belum menikah dan baru tau juga tentang janjinya ini..
    Bener2 sosok yang sangat menjunjung tinggi nasionalisme sehingga mengesampingkan keperluan pribadinya...
    Kalo melihat sosok dan membaca ceritanya ini terlihat beliau sangat mengayomi putri2 nya,,jadi pengen baca bukunya ini:)

    ReplyDelete
  6. ko samaan ya sama Pak Hatta ternyata anaknya cewek-cewek, hehe. salut sama perjuangan beliau dan kecintaannya pada rakyat Indonesia, semoga menjadi semangat kita juga untuk terus berkarya untuk bangsa meski di tengah kondisi yang tiak baik-baik saja

    ReplyDelete
  7. Bener-bener salut sama ketiga putri Bung Hatta, meskipun kehilangan sosok ayah namun bisa memberi kenangan berharga. Bung Hatta tetap menunjukkan integritasnya, kejujuran dan keberaniannya.
    Memberi teladan dan pendidikan karakter yang baik tak hanya pada putri-putrinya tapi bagi kita semua. Jadi pengen baca bukunya deh.

    ReplyDelete
  8. Salut atas kesederhanaan wakil presiden pertama RI ini. Sekelas wakil presiden lho, saat itu mengandalkan anak sendiri untuk jadi asisten dalam tugas di luar negeri
    Bandingkan dengan pejabat sekarang
    Jangankan ke luar negeri sebagai tugas, rumah dinas di daerah sendiri saja banyak macam permintaannya

    ReplyDelete
  9. Dalam bersikap selalu memberikan teladan yang baik dan memberikan pendidikan karakter melalui kegiatan sehari-hari. cara ini juga merupakan cara yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya

    ReplyDelete
  10. Selalu istimewa mengenal sosok beliau, apalagi diceritakan secara langsung oleh ketiga putri Bung Hatta.
    Buku Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya bagus sekali yaa.. selain kisah juga disertai foto yang menangkap momen terbaik dan menjadi bukti kehangatan cinta seorang Ayah.

    ReplyDelete
  11. Saya baru tahu tentang kisah Bung Hatta ini Mbak. MasyaAllah ya pribadi beliau ternyata. Sampai makam pun memilih untuk bersama rakyat pada umumnya. Kebayang perasaan bangga putri-putrinya memiliki ayah seperti Beliau.

    ReplyDelete
  12. Masya Allah, bung Hatta benar-benar sosok bapak negara yang bapak banget. Meskipun sibuk dengan negara tapi tetap memberikan porsinya sebagai bapak ke anak-anak

    ReplyDelete
  13. Ketiga putrinya pasti bangga ya memiliki sosok ayah pahlawan nasional yang rendah hati dan sangat sayang dengan keluarga.

    ReplyDelete
  14. aku salfok sama nama putri keduanya. Solanya putri keduaku juga namanya Gemala, hihi
    semoga aku bisa meniru pola asuh Bung Hatta :)

    ReplyDelete

Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.