Bukan hanya manusia lho teman-teman, yang mempunyai kisah masa lalu. Buku juga mempunyai perjalanan hidup yang panjang sebelum dia mejeng di rak toko buku. Seperti novel Perahu kertas, genre populer pertama yang ditulis oleh Dee Lestari.
Mulai ditulis sejak tahun
1996 sempat mangkrak selama 11 tahun, kemudian pada tahun 2007 manuskrip yang
awalnya berjudul Kugy dan Keenan ini ditulis ulang menjadi Perahu kertas. Kisah
ini juga telah ditayangkan dalam berbagai versi dan bentuk.
Sebelum berlayar di toko buku
pada tahun 2009, Perahu kertas terlebih dahulu telah menemui pembacanya dalam
format digital seperti karya Dee Lestari lainnya yaitu Aroma Karsa, Rapijali 1 ,Rapijali 2, dan Rapijali 3 Waktu itu puluhan ribu pembaca dapat menikmati kisah ini, melalui
aplikasi pesan pendek (SMS). Kemudian pada tahun 2012, Perahu Kertas
dialihwahanakan menjadi film Perahu Kertas 1 dan 2 hasil adaptasi sutradara
kenamaan Indonesia Hanung Bramantyo.
Waktu nonton filmnya saya enggak “ngeh” kalau Perahu Kertas diadaptasi dari novel. Baru baca buku fisiknya baru-baru ini, “Cupu banget kan?” hasil kerja keras penuh darah dan air mata, ngubek-ngubek toko online. Karena novel ini sudah tidak dicetak lagi jadi langka banget. Senang tiada tara waktu mimin olshop berkata barang ready. Walaupun stok lama jadi kertasnya sudah agak menguning. Tak apalah yang penting kan ceritanya gas poll di order. Kejadian serupa saya alami juga ketika berburu novel Gelombang penuh drama banget untuk memiliki buku dari penulis idaman.
Begitu membuka halaman
pertama kisah yang berpusat pada Keenan dan Kugy ini membuat saya langsung
jatuh cinta. Setingnya sekitar tahun 90-an di Bandung, dengan istilah-istilah
yang sangat familiar ketika zaman sekolah dulu. Seperti UMPTN, STTB jadi bacanya
kaya throwback pada masa saya remaja.
Kugy
Perempuan mungil penghayal keras
berat, tingkahnya nyentrik dan berantakan. Dari benak penyuka pisang susu ini, mengalir dongeng yang indah.
Kelakuan gokil remaja metropolitan
yang memutuskan kuliah di kota kembang dan mengaku sebagai agen Neptunus. Diceritakan
dengan alur maju, dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga oleh penulis. Dijamin
sangat menghibur dan bikin ngakakak.
Keenan
Setiap orang tua pasti menginginkan
yang terbaik bagi anak-anaknya. Demi mewujudkan impian dan ambisi itu, tidak
jarang orang tua memaksa anaknya untuk memilih jurusan kuliah sesuai dengan cita-citanya.
Hal tersebut juga dialami
oleh Keenan, terpaksa ia harus kuliah di Fakultas Ekonomi Pada salah satu universitas di Bandung.
Padahal pemuda keturunan londo itu, memiliki kemampuan luar biasa. Jari
ajaibnya mampu menghasilkan lukisan-lukisan yang mempunyai daya magis.
Menghibur
Bukan Berarti Kopong
Walaupun Perahu Kertas
mengisahkan percintaan remaja yang bikin gumush. Dirajut dengan diksi-diksi
ringan, bukan berarti novel ini kopong tanpa nilai bagi pembacanya. Seperti karya
Dee Lestari lainnya, novel ini mengajarkan untuk kerja keras demi mewujudkan
impian. Menyibak segala rintangan dan misteri.
Nus,
tahunan enggak nulis surat ke markas
jangan marah ya.
Tapi Kami emang mau berhenti jadi agen.
Tidak ada lagi rahasia, tidak ada lagi mimpi.
Karena mimpi itu sudah kami jalani
sekarang.
Selama-lamanya.
K&K
(dan
satu lagi K kecil yang masih ada dalam perut)
Buku jaman masih jadi anak sekolahan hehehe... Belum baca, cuma nonton filmnya aja #tutupmuka
ReplyDeleteMembaca ulasan ini aku jadi nambah kosakata baru :dialihwahanakan
jadul banget ya mba wkwkwkw
DeleteSelalu suka dengan karyanya Dewi Lestari ❤. Selalu fenomenal dan ciamik baik diksi maupun alur ceritanya 😊.
ReplyDeletesetuju...dee lestaei emang keren
Deletebaru baca review sudah seru apalagi kalau baca bukunya langsung makasih mbak
ReplyDeleteNambah kosa kata baru... Suka novel Dee lestari.. Cuma kadang antara novel dengan film agak berbeda
ReplyDeleteIya mba...saya tuh suka kecewa kalau nonton film tapi kita sudah baca novelnya. beda jauh merusak imajinasi
DeleteAku baca ini pas kuliah mbak,badabest emang ini novelnya. Apalagi waktu itu dibaca pas masih lajang kan, penghayatannya dapet banget jadinya, berasa jadi Kugy pengennya 🤣
ReplyDeleteDewi lestari memang jagonya mengolah sebuah imajinasi dalam sebuah tulisan. Aku salut banget! Aku belum pernah nonton filmnya, tapi baca bukunya pernah sekilas memang menarik bahasanya juga, cuma genre ceritanya bukan jenis yang aku biasa baca~
ReplyDeleteBlum baca bukunya... tapi suka sama film-nya dan udah nonton... hihi keren emang ceritanya
ReplyDeleteaakkk.. udah lupa bahasan cerita di buku ini, baca ini jadi ingat lagi.. halo agency neptunus 😍
ReplyDelete