Wednesday, September 28, 2022

Resensi Novel Pulang Karya Leila S. Chudori

Resensi Novel Pulang Karya Leila S. Chudori

Novel Pulang adalah karya Leila S. Chudori  kedua yang saya baca. SepertiLaut Bercerita , novel ini mampu mengaduk-aduk perasaan begitu rupa ketika sampai pada halaman akhir. Tapi membuat gagal diet. Lho kok?

Novel Pulang , Bercerita Tentang Apa?

Berawal dari Jalan Sabang Jakarta pada bulan April 1968, ketika malam sudah mengembang seperti jala hitam yang mengepung kota. 

Hananto Prawiro, mantan pemimpin Kantor Berita Nusantara, menahan napas di balik pintu sebuah kamar gelap yang penuh dengan aroma kimia dan kecemasan. Toko Tjahaya Foto.

Saat itu beberapa orang berbadan tegap, yang mengaku sebagai sepupunya yang berasal dari Jawa Tengah.  

Mendatangi Toko Tjahaya Foto untuk menanyakan keberadaan dirinya, dengan setengah memaksa kepada pemilik toko.  

Dia adalah butiran terakhir,  yang disinyalir pemerintah terafiliasi dengan PKI yang masih dapat menghirup udara bebas. Walaupun dengan ruang gerak yang begitu terbatas.  

Kabar penangkapan itu, dengan cepat menembus ruang-ruang cakrawala melintas benua. Meninggalkan begitu banyak kegetiran pada orang-orang yang mencintainya.

Resensi Novel Pulang Karya Leila S. Chudori

Eksil Politik

Kepergian Dimas Suryo ke Santiago untuk menghadiri koferensi wartawan yang digelar oleh International Organization of Journalist (IOJ), atas perintah Hananto Prawiro.

Atasan sekaligus teman baiknya, juga rival dalam merebut hati seorang perempuan cantik bernama Surti Anandari. Telah merubah hidupnya 1000 persen.

Keadaan politik pada saat itu, menuntut semua orang untuk memiliki sikap politik yang tegas “kanan” atau “kiri”. 

Tidak ada tempat bagi orang-orang yang berada di area abu-abu, dan selalu berdiri  dalam kegamangan seperti Dimas Suryo.

Penguasa dengan mudah akan mencapnya sebagai anggota organisasi terlarang yang dianggap musuh bangsa.  Sehingga, Ia harus kehilangan segalanya.

Bukan saja harus kehilangan orang tua, saudara, rumah, teman-teman, bahkan negara yang setiap incinya ia cintai.

 Lebih dari itu selama rezim Orde Baru berkuasa, ia harus hidup dengan identitas baru sebagai eksil politik.

Sebuah identitas bagi orang-orang  yang terpaksa tidak bisa pulang ke Indonesia, karena situasi politik pada tahun 1965.

Akibat terjadi perubahan sistem pemerintahan secara drastis dari pemerintahan sipil menjadi pemerintahan militer.

Cinta Pada Pandangan Pertama

Angin membawa Dimas Suryo bersama Nugroho, Tjai, dan Risjaf terdampar di tengah gemerlapnya kota mode dunia. 

Tetapi dalam hati mereka, negara yang demikian indah dan menawarkan kedamaian itu hanya sebagai persinggahan bukan sebuah rumah.

Disana pula Dimas Suryo tenggelam dalam pusaran samudera hijau, mata seorang Viviane yang menghidupkan sepercik cahaya dalam kekelaman hatinya. 

Serta memberikan kehangatan sebuah keluarga dengan hadirnya buah cinta mereka yang bernama Lintang Utara.

Kunyit, Melati, dan Pindang Ikan serani

Tiga benda yang menjadi simbol cinta Dimas Suryo dan Surti Anandari yang dalam dan intens, namun tidak dapat diwujudkan.

Lagi-lagi karena ketidakmampuan Dimas untuk bersikap. Dan kini mereka hanya bisa mengenang dan merenung dari jauh, serta menjadi sangat terobsesi dengan ketiga benda tersebut.

Setengah Diriku Indonesia

Lintang tidak bisa menapikan kenyataan itu, sekeras apapun ia mengingkarinya. Walaupun negeri itu tidak pernah dikenalnya, dan telah memberi begitu banyak luka dan air mata bagi ayahnya. 

Kini terpaksa ia harus mengenal sisi lain dirinya itu, ketika dosen pembimbing tugas akhir meminta untuk membuat sebuah karya tentang Indonesia.

Tapi masalahnya apakah ia bisa masuk Indonesia?

Pas bagian ini, sempet deg degan apakah gadis cantik blasteran Indonesia-Perancis itu jadi ke Indonesia apa enggak ya? 

Soalnya operasi bersih diri dan lingkungan yang diterapkan pemerintah Orba pada saat itu, rasanya sangat imposible bagi keluarga apalagi anak para eksil politik untuk menginjak Indonesia. Duuuh kasian banget pokoknya.

Indonesia Tanah Air Beta

Membaca novel Pulang Karya Leila S Chudori ini, membuat saya mengerti betapa berat menahan rasa rindu.  

Penulis dengan piawai menggambarkan orang-orang yang harus terusir dari tanah air tanpa sebab. Hidup terlunta-lunta di negeri orang tanpa tujuan, dan tanpa batas waktu.  Berkelindan dengan kisah cinta mereka yang rumit dan saling silang.

Kerinduan mereka pada Indonesia, diwujudkan  dengan mendirikan sebuah restoran yang kental dengan nuansa tanah air. Mulai dari interior, musik pengiring , sampai menu yang dihidangkan.

Resensi Novel Pulang Karya Leila S. Chudori

Saya banyak belajar cara mendeskripsikan sebuah makanan yang bikin kabitaa bacanya, asli. Dan jadi penasaran banget sama rasa pindang ikan serani khas Jepara.

Terharu, perlu banyak tisyu ketika Dimas Suryo menyatakan keinginannya untuk dimakamkan di tanah Karet. Serta permintaan agar pusaranya ditaburi cengkih dan melati. Aroma tanah air yang selalu dirindukannya selama puluhan tahun. 

Ia tidak pernah  ingin dikebumikan di pemakaman mewah Pe’re Lachaise Perancis.

Mantan kekasih Surti Anandari itu tahu, setelah rezim Orde Baru tumbang semuanya akan bersiap pulang ke Indonesia. Namun ia juga tahu dengan penyakit yang dideritanya, hanya jenazahnya yang akan pulang.

Bagi yang ngaku pecinta novel sejarah, novel ini wajib banget harus dibaca. Banyak fakta-fakta sejarah yang diceritakan dengan begitu gamblang, sampai harus menarik nafas berulang-ulang. 

Tapi jangan khawatir walau mengungkapkan kegetiran hidup para eksil politik 65, dan keluarganya yang harus merunduk dari kehidupan sosial terutama politik. 

Novel ini sangat menghibur khususnya kisah-kisah khas remaja, generasi kedua Dimas Suryo dan Surti Anandari, yang romantis dan lucu kadang bikin ngakak. 


Judul Buku : Pulang | Penulis : Leila S. Chudori | Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) | Jumlah Halaman : 458 | Tahun Terbit : 2022, Februari Cetakan kesembilanbelas | Ilustrator : Daniel "Timbul" Cahya Krisna | ISBN 13 : 978-602-424-275-6 | Harga : Rp. 120.000 (P. Jawa) |

13 comments:

  1. Novel yg kental dg sejarah politik ya. Salah satu ciri penulisnya sptnya.

    ReplyDelete
  2. Leila S. Chudori selalu sukses menghadirkan latar sejarah dalam latar novel karangannya.
    Aku salut banget dengan sejarah di tangan novelis, menjadi lebih mudah dipahami.

    ReplyDelete
  3. Leila S. Chudori selalu sukses menghadirkan latar sejarah dalam latar novel karangannya ya mbak
    Ceritanya jadi lebih menarik untuk dibaca
    Sudah jadi ciri khasnya

    ReplyDelete
  4. beliau ini sepertinya riset sejarahnya bagus ya mbak, kita jadi terbawa ke tulisannya kental rasa sejarahnya

    ReplyDelete
  5. suka novel jenis ini, ada ga ya di Ipunas, Leila S Chudori piawai menghadirkan sejarah dalam sebuah cerita

    ReplyDelete
  6. Bagus banget ya isinya..detail dan sarat sejarah yang mendalam sekali. Jadi pingin baca bukunya

    ReplyDelete
  7. Whuah reviewnya jadi pengen bikin baca novelnya. Sepertinya ceritanya dalam dan seru. Selain itu, nama novelis ini sudah lama menjadi incaranku buku2nya, belum sempat baca karya2 beliau.

    ReplyDelete
  8. Tulisannya mba Leila selalu menghipnotis yaa mba aku jatuh cinta sejak baca Laut Bercerita, lalu pengen baca2 buku beliau lainnyaa

    ReplyDelete
  9. Leila S. Chudori selalu sukses menulis novel sejarah yang sarat makna dan bumbu politik. Penggambarannya benar-benar terasa nyata.

    ReplyDelete
  10. Jadi ingat Mbak ART ku. Dia sudah ga dirumahku lagi. Ayahnya yang guru ngaji tidak mengerti apa-apa tapi ya...begitulah.

    ReplyDelete
  11. Sepertinya bgs nih novelnya mba. Jd pengen baca. lumayan buat ngisi weekend

    ReplyDelete
  12. Wah kayanya asyik ini novel, jadi penasaran pengen baca juga. Bisa masuk list tbr ku ini

    ReplyDelete
  13. Ya ampun aku baru tahu kalau novel pulang tuh ga hanya cinta2an tapi ada sejarahnya, politiknya dan sebagainya yang menurutku cukup berat. Keren ya memang penulisnya hrs riset segala pastinya

    ReplyDelete

Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.