Wednesday, February 1, 2023

Resensi Buku Bumi Manusia

 

Resensi Buku Bumi Manusia


Bumi Manusia – Teman-teman boleh nanya enggak? Kalian pernah nonton film Indonesia apa yang durasinya paling lama? Kalau saya sih film besutan sutradara Hanung Bramatyo yang dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan dan  Mawar de Jongh.

 

Pada saat itu, tahun 2019, film tersebut sangat booming diberitakan dimana-mana. Reviewnya pun bertebaran di berbagai media. Hal tersebut membuatku sungguh penasaran wkwkwk.

 

Hal yang paling tidak membuatku lupa menonton film tersebut sampai saat ini, bukan perjuangan mendapatkan tiketnya (itu mah biasa). Apa coba? Rasanya baru pertama kali itulah nonton film di bioskop, dimana seluruh penontonnya disuruh berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum film diputar.

 

Kira-kira sudah tahu film apa yang kumaksud? Yes film Bumi Manusia yang diangkat dari buku pertama tetralogi Pulau Buru yang berjudul Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer.

 

Resensi Buku Bumi Manusia


Kenapa Baru Tahu Sekarang?

 

Walaupun lumayan suka baca dan ngaku-ngaku book lovers, tetapi entah mengapa baru pada tahun 2019 itulah saya baru tahu. Indonesia memiliki sastrawan yang terkenal produktif menelurkan karya dan berhasil menyabet berbagai penghargaan internasional.

 

Melihat filmnya yang kece badai, enggak ngebosenin ceritanya walaupun durasinya 3 jam. “Pokoknya harus baca bukunya tidak boleh tidak”, pikirku waktu itu. Karena dari beberapa film yang ceritanya diadaptasi dari novel yang pernah kutonton.

 

Biasanya versi novel kisah dan penggambarannya lebih bagus dan detail. Karena menurut Asma Nadia, adegan satu dari adegan lainnya  dalam film sangat dibatasi oleh durasi.

 

Jadi tanpa ba bi bu dan berpanjang lebar, kelar nonton mampir dulu ke toko buku dulu sebelum pulang. Alhamdulillah  ke empat bukunya yang terdiri dari Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Tersedia berjajar dengan manis di rak display, jadi bungkus dech dengan suka cita dan bahagia.


Resensi Buku Bumi Manusia


 

Review Roman Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer

 

Roman Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yang berseting tahun 1800-an ini, dengan kekayaan narasi yang sangat luar biasa. Seolah-olah mengajak kita menyaksikan langsung pedihnya menjadi bangsa yang terjajah.

Tokoh utamanya adalah Minke, siswa HBS (setara dengan SMA) yaitu sekolah yang hanya diperuntukan bagi orang Eropa, Belanda, dan kaum priyayi.

 

Putra bupati ini pengagum berat peradaban barat, terutama  pada bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Ia mengidentifikasi dirinya sebagai orang Jawa berilmu pengetahuan Eropa.

 

Oleh karena itu,  Ia sangat  ingin melepaskan gelar kebangsawanan yang melekat pada dirinya, karena  dipandang sangat primordial.

 

“Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana yang dijanjikan oleh ilmu …..Sembah pengagungan kepada para leluhur `dan pembesar melalui dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh anak cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini”.

 

Satu benda hasil ilmu pengetahuan yang tidak bisa berhenti ia kagumi adalah percetakan terutama zincografi, yang mampu memperbanyak gambar berpuluh ribu lembar dalam sehari.

 

Selain cerdas dalam bidang akademis, Minke juga piawai menulis. Ide-ide briliannya kerap mengisi kolom-kolom surat kabar Belanda dengan nama pena Max Tollenaar.

 

“Dalam hidupku,baru seumur jagung , sudah dapat kurasai: ilmu pengetahuan telah memberikan kepadaku suatu restu yang tiada terhingga indahnya”. (halaman 11)

 

Kisah bermula ketika ia ditantang oleh temannya yang bernama Robert Suurhof untuk  berberkunjung ke rumah keluarga Melema di Wonokromo, yang terkenal dengan keindahan dan kemewahannya. Kepergian dua pemuda itu untuk menemui putri bungsu keluarga tersebut yang bernama Annelies Melema.

 

Resensi Buku Bumi Manusia


Robert Suurhof ternyata diam-diam menyukai gadis Indo Eropa tersebut, namun Annelies menjatuhkan hatinya kepada Minke yang telah ia kagumi sejak pertama kali mereka berkenalan.

 

Ujian cinta pasangan ini luar biasa teman-teman. Penolakan bukan hanya datang dari Tuan Melemma ayahnya Annelies, tetapi juga dari keluarga Minke.

 

Mereka kurang setuju Minke menikah dengan Annelies, karena ibunya adalah seorang perempuan pribumi yang dinikahi orang Eropa yang dikenal dengan sebutan nyai-nyai yang memiliki citra negatif dalam pandangan masyarakat.

 

Apakah mereka jadi menikah?

 

Karakter Favorit Aku

 

Nyai Ontosoroh atau Sanikem adalah ibundanya Annelies. Seorang perempuan pribumi yang diberikan ayahnya sebagai sogokan kepada Herman Melemma agar ia ditunjuk sebagai juru bayar. Aku tuh sebagai perempuan sebel banget pas baca bagian ini, “Ada yah …bapak semacam itu dimuka bumi ini.”

 

Namun nasib Nyai Ontosoroh tidak semuanya buruk. Herman Melemma sosok laki-laki berkebangsaan Eropa yang  memiliki karakter cukup baik, sebelum jatuh ke dalam rayuan perempuan-perempuan penghuni rumah bordir.

 

Tuan Melemma mengajarkan istrinya membaca, menulis, berhitung dan bahasa Belanda. Sebuah kemewahan yang tidak mungkin didapatkan oleh perempuan pribumi.

 

Sehingga Sanikem bermetamorfosis menjadi seorang Nyai Ontosoroh perempuan pribumi berfaras cantik dan berotak cerdas laiknya perempuan Eropa. Di tangannya perusahaan milik Tuan Melemma berkembang dengan pesat.


Resensi Buku Bumi Manusia


 Runtuhnya Kekaguman Minke Terhadap Peradaban Barat

Ketegangan cerita dalam novel yang sempat dilarang beredar  pada masa Pemerintahan Orde Baru ini, memuncak ketika datang surat panggilan dari pengadilan Putih  Netherland.

 

Sepertinya itu hari tergelap dalam kehidupan Minke, dia harus berpisah dengan kekasihnya yang berwajah bulan secara dramatis. Apalagi Nyai Ontosoroh dia harus kehilangan segalanya, bukan hanya kehilangan harta hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun tetapi juga anak kesayangannya.

 

 Minke sempat memberikan perlawanan melalui berbagai tulisannya di media, tapi apalah daya sepintar apapun penduduk pribumi tidak mempunyai tempat di kalangan masyarakat penjajah. Begitupun dengan Annelies dan Nyai Ontosoroh, pada masa penjajahan suara perempuan dianggap tidak ada mereka tidak bisa melawan untuk mempertahankan hak-haknya.

 

  "Kita kalah, Ma," bisikku. "Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-sebaiknya, sehormat-hormatnya."

 

Duuuhhh adegan ini sangat mengharu biru, sampai cireumbay bacanya.

Keren pokoknya, Pramoedya Ananta Toer menyajikan rangkaian peristiwa begitu detail, sehingga membacanya ikut hanyut merasakan apa yang dialami oleh para tokohnya.

Penuh Kesyukuran

 

Membaca Novel Bumi Manusia ini membuat saya mengerti, mengapa  pembukaan UUD 45 berisi tentang kesyukuran kepada Allah Yang Maha Kuasa, yang telah menganugerahkan nikmat kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

 

Judul buku : Bumi Manusia |Penulis: Pramoedya Ananta Toer | Penerbit :  Lentera Dipantara |Jumlah Halaman: 531|Cetakakan   : ke  31, maret 2019 | ISBN : 9789799731234 | Harga : Rp. 132.000

16 comments:

  1. Film yang aku suka adalah Laskar Pelangi. Ada juga Maryamah Karpov. Bukunya aku baca sampe 3 kali. Memang ya penulis idola itu memang selalu punya pesan untuk pembacanya.

    ReplyDelete
  2. Wah, Oemi langsung borong bukunya nih. Saya udah lama pengin baca Bumi Manusia ini, tapi kok belum sempat. Kayaknya perlu harus diresapi soalnya bacanya, sayang kalau buru-buru.

    ReplyDelete
  3. Aaaaa, aku belum baca buku legend ini. Pengen baca, tapi niatnya belum sekuat itu. Baru pernah nonton filmnya yang menurutku tidak terlalu menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.

    ReplyDelete
  4. Wah langsung beli satu set ya mbak
    Memang legend buku bumi manusia ini
    Hanya jadi makin booming setelah di film kan ya

    ReplyDelete
  5. Waduhhh aku jd penasaran nih ending dr cerita suurhof dan anneliess, apakah mereka jdi menikah ? Wkwkwkwk

    ReplyDelete
  6. Aku baca ini juga langsung sukaa sih meskipun agak telat bacanya baru tahun 2019 kemarin huhu.. akhirnya pas nontonn filmnya jadi nyambungg

    ReplyDelete
  7. salah satu buku yang masuk wishing list ini, tetralogi pulau buru, kebayang deh novel Pramoedya, bagus, reviewnya juga bagis mbak

    ReplyDelete
  8. buku legend ini 😍 dari dulu pengen baca tapi lihat tebalnya kok langsung mundur haha tapi abis baca ini jadi pengen nonton deh

    ReplyDelete
  9. Resensi buku-buku Pramoedya Ananta Toer ini sebenarnya sering saya temukan di mana-mana. Sebagai salah satu sastrawan terkemuka di zamannya, kebayang sih gimana bagusnya cerita yang disajikan, walau sayangnya saya sendiri belum sempat membacanya. Lihat ulasan Bumi Manusia di sini, jadi semakin penasaran ingin baca versi lengkapnya.

    ReplyDelete
  10. Buku yang masih jadi wishlist sih. Sebab masih banyak buku di rumah yang belum aku baca

    ReplyDelete
  11. Buku nya bagus banget ya mba. Apalagi berbicara mengenai dunia. Wah jadi penasaran

    ReplyDelete
  12. Belum pernah baca ini padahal penulisnya kece banget, pasti punya vibes penulisan yang unik dan keren pastinya

    ReplyDelete
  13. Aku belum berhasil menyelesaikan tontonan Bumi Manusia.
    Yang menarik settingnya dan jalan ceritanya sesuai banget ya.. Dan relate sama aku yang pernah tinggal di Surabaya. Berasa ikut mengalami setting setiap setting yang disajikan Pramoedya Ananta Toer.

    ReplyDelete
  14. Asyik baca bukunya atau nonton film-nya, mbak? Aku belum pernah baca maupun lihat filmya, hehe. Ikut penasaran gimana endingnya.

    ReplyDelete
  15. aku sudah nonton filmnya bumi manusia dan bagus, pengen juga deh baca bukunya, biasanya di buku lebih detail dan sensasi nya lebih dapet ya kalau lagi baca

    ReplyDelete
  16. Jadinya kisah di bukunya sama dengan yang di film kah? Dulu aku nonton filmnya juga. Pedih banget melihat penderitaan Minke, Annelise dan Nyai Ontosoroh di kisah Bumi Manusia ini. Mereka yang saling mencinta harus dipisahkan oleh arogansi aturan kaum Hindia Belanda.

    ReplyDelete

Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.