Friday, May 27, 2022

Resensi Novel Laut Bercerita

 

Resensi Novel Laut Bercerita

Novel Laut Bercerita sebelumnya sudah sering saya lihat dipajang pada salah satu  rak di toko buku. Tetapi tidak pernah tertarik untuk membelinya. Karena ketika melihat covernya, saya pikir itu adalah buku cerita anak untuk mengenalkan biota laut.

“Don’t judge a book by its cover”

Setelah membaca bukunya, bayangan awal tentang buku ini buyar. Pepatah tersebut seperti menertawakan. Duuuh malu pisan.

Terus Laut Bercerita Tentang Apa?

Buku Laut Bercerita karya Leila S Chudori, bercerita tentang seorang aktivis mahasiswa sastra Inggris sebuah universitas di Yogyakarta. Bersama teman-temannya yang tergabung dalam  gerakan mahasiswa Wirasena berteriak lantang agar Indonesia kembali berdiri ajeg di atas empat pilar demokrasi pilar demokrasi. Dikisahkan dari dua sudut pandang  kakak beradik Biru Laut dan Asmara Jati.

Bab pertama dibuka dengan sebuah adegan menegangkan, yang menggambarkan seorang pemuda dengan mata tertutup kain hitam diseret  oleh tiga orang yang selama ini rajin menghadiahkan berbagai siksaan. Mulai dari tendangan, gebukan, tonjokan sampai penyetruman dan berbagai siksaan fisik berat di luar batas kemanusiaan.Biru Laut mengenal mereka dari aroma tubuhnya, hanya si mata merah yang pernah ia lihat wajahnya.

Deburan ombak dan suara burung camar yang terdengar begitu merdu membelai telinganya, membuat Biru Laut yakin bahwa ia sedang berada di pinggir pantai. Aroma garam tercium begitu kental, ketika seseorang menendang bagian belakang tubuhnya diiringi bentakan agar ia berjalan lebih cepat. Menerbangkan ingatan pemuda itu, pada aroma masakan ibu yang ia yakini  paling lezat diseluruh dunia.

“Kau akan mati”, teriak si mata merah dengan semburan bau rokok.

Selanjutnya Si Mata Merah memasang pemberat pada kedua kaki Biru Laut. Pada deburan ombak yang kesembilan terdengar bunyi ledakan, tubuh pemuda itu jatuh melayang disambut gelombang ombak yang mendekapnya dengan cepat dalam hening, gelap, dingin dan kelam.

“Gelap adalah bagian dari kehidupan. Tetapi jangan sampai kita mencapai titik kelam, karena kelam tanda kita telah menyerah. Kelam adalah sebuah kepahitan, satu titik ketika kita merasa hidup sudah tidak bisa dipertahankan lagi.”

Sampai sini saya jadi tahu kenapa ada gambar kaki terikat pada cover buku ini, napasku mulai sesak. Namun adrenalin baca semakin menggelegak untuk sampai pada akhir halaman.Kini Biru Laut berteriak dari balik gelombang, mengabarkan apa yang dia alami bersama teman-temannya yang dihilangakan secara paksa. Melalui liuk indah ikan warna-warni yang menyampaikannya kepada angin yang berhembus menerpa tepi pantai.

Asmara Jati

Si bungsu ini, mempunyai minat yang sangat jauh dari kakaknya. Dia menyukai pelajaran-pelajaran eksakta, serius dalam studinya, pemikirannya pun sangat realistis. Tidak heran dia sukses menamatkan sekolah dengan cepat dan mewujudkan mimpinya menjadi dokter.

Ditengah kegentingan, saat Biru Laut berada dalam pelarian. Asmara Jati tidak pernah berhenti berusaha mendorong abangnya untuk menyelesaikan studi. Ia pun melobi pihak kampus  agar mau mengadakan sidang skripsi secara tertutup.

Sikap realistis gadis ini nyaris goyah ketika melihat orang-orang terkasihnya yaitu ayah, ibu dan Anjani, calon kakak iparnya,  hidup dalam kepompong kehangatan keluarga mereka yang nyaris sempurna.

Keluarga Arya Wibisono setiap akhir pekan, masih setia menggelar ritual makan bersama. Dengan menyajikan makanan kesukaan anak sulungnya di atas meja. Ibu tetap menata peralatan makan dengan jumlah yang sama yaitu 4 buah piring dan 4 buah gelas.

Begitupun dengan bapak, untuk menyemarakan suasana  masih setia memutar piringan hitam dengan meletakan jarumnya pada titik yang sama. Lalu dengan harap-harap cemas menanti si sulung, yang tidak pernah lagi datang menempati kursinya yang kosong dan makan dengan lahap menuntaskan kelaparannya.

Hal itu membuat Asmara Jati  kadang merasa rapuh. Ia baru memahaminya setelah merasakan pelukan hangat seorang mama kuat berasal dari benua Amerika, yang mengalami nasib serupa dengan ibunya.

Atas nama cinta, ia pun rela berjuang menemukan serpihan-serpihan informasi yang akan menjadi titik penerang bagi keberadaan sang Abang tersayang. Itulah alasannya kenapa ia pada akhirnya memutuskan untuk mengambil jurusan Forensik.

Denial Syndrome

Apa yang dialami orang tua Biru Laut  dan Anjani yang selalu menyangkal ketiadaan Biru Laut yang hilang tanpa kabar. Dalam psikologi dikenal dengan Denial Syndrome. Istilah ini pertama kali dijelaskan oleh  Sigmund Freud.

Psiko analis terkenal itu menggambarkan, Denial Syndrome sebagai penolakan untuk mengakui fakta yang mengecewakan. Tentang sebuah peristiwa yang terjadi baik secara internal maupun eksternal termasuk ingatan, perasaan maupun pikiran.

Naik Roller Coaster

Leila S Chudori dengan pilihan diksinya begitu piawai memainkan perasaan pembaca. Melambung bersama idealisme para mahasiswa, yang berjuang menegakan kebenaran dan membela kaum yang lemah . Pada saat lain meluncur dengan deras merasakan nestapa, yang dialami keluarga para aktivis yang kehilangan orang-orang terkasihnya secara paksa dan kejam. Betul-betul seperti naik roller coaster

Saya begitu larut dengan cerita yang dibangun penulis, membawa kembali memori akan suasana yang terjadi sekitar tahun 1998, ketika reformasi berhasil menumbangkan kekuasaan Orde Baru seperti halnya dalam Novel Pulang karya Leila S. Chudori yang tidak kalah mengharu biru. Karena pada saat itu, saya sudah menjadi mahasiswa.

Resensi Novel Laut Bercerita

Tetralogi Pulau Buru

Jika sekarang dengan mudah kita bisa membaca buku Karangan Pramoedya Ananta Toer yang berjudul:

  •  Bumi Manusia, 
  • Jejak Langkah, 
  • Anak Semua Bangsa 
  • Rumah Rumah Kaca. 

Dan dengan tenang pula kita dapat menyaksikan filmnya di bioskop. Tidak begitu dengan Biru Laut dan teman-temannya, karena ketika Orde Baru berkuasa buku-buku tersebut dilarang beredar. Sehingga membawanya seperti membawa bom jika ketahuan aparat, akan menjadi jalan pintas masuk penjara.

Dalam buku ini diceritakan bagaimana mereka harus bekerjasama dengan tukang Photocopy untuk berbuat “dosa” demi membaca buku-buku ini.

Cetakan ke 38

Buku Laut bercerita ini, emang keren. Pesona Mas Laut begitu menghipnotis pembaca. Menurut penulisnya di instagramnya @leilachudori. Laut Bercerita sudah cetak ulang ke 38 bener-bener cadaaaas. Saya pun tidak sabar ingin ikut nonton film pendek Laut Bercerita yang akan diadakan secara Online tanggal 30 Agustus bersamaan dengan Hari Anti Penghilangan Paksa, semoga bisa daftar. Penasaran banget.

Judul Buku : Laut Bercerita | Penulis : Leila S. Chudori | Penerbit : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia) Jakarta | Tahun Terbit : Januari 2022, cetakan ke 26 | Jumlah Halaman : 379 halaman | ISBN : 978-602-424-694-5 | Harga : Rp. 100.000 (Pulau Jawa) 

47 comments:

  1. Saya tahu nama Leila S Chudori ini seorang novelis terkenal tapi saya belum pernah membaca satu pun novelnya. Laut Bercerita ini keren ya. Tahun 1998 saya sudah setahun lulus kuliah dan masa itu suliiit sekali dapat pekerjaan. Koran Kompas di hari Ahad saja yang biasanya bertaburan lowongan pekerjaan, saat itu nihil dari lowongan pekerjaan.

    ReplyDelete
  2. Keren ini bukunya. Jujur waktu lihat buku ini juga di rak perpustakaan kampus saya melewatinya terus. Tapi pas bosan entah kenapa dilirik dan dibaca langsung bagian tengah setelah itu tertarik akhirnua baca dari depan

    ReplyDelete
  3. Penasaran jadi pengen baca langsung sendiri bukunya.
    Semoga ada versi online dan bisa meminjamnya tanpa antri hehehe

    ReplyDelete
  4. Novel ini kudu banget dibaca semua orang, ya
    sangat insightful
    pastinya bawa banyak faedah utk kita semua.

    ReplyDelete
  5. Wah, menyimak awal ceritanya saja menegangkan Mbak. Seru dan membuat penasaran bukunya. Saya pun baru tahu bahwa ternyata ada buku-buku yang sampai dilarang beredar juga di masanya..

    ReplyDelete
  6. Laut Bercerita ini bisa dibaca gratis di iPusnas, sebenarnya.. Tapi antriannya luar biasa.. gak pernah kebagian.
    Dan pernah mengikuti kicauan di twitter mengenai alur kisah "Laut Bercerita" yang menggambarkan latar 1998 di saat krisis moneter.
    Rasanya smakin berat membaca buku novel 379 halaman.
    Sungguh takjub melihat kak Oemy mampu melahapnya dan membuat resensinya dengan indah.

    ReplyDelete
  7. Wah iya, novel ini banyak yang merekomendasikan
    Aku sempat mau pinjam di ipusnas, antriannya luar biasa tapi

    ReplyDelete
  8. Wah, nanti ada film pendeknya juga kah? Ikut gak sabar pingin lihat film pendeknya juga nih.. Penasaran seperti apa nanti film pendek yg akan dibawakannya.. Masih bulan Agustus? Udah gak sabar :D

    ReplyDelete
  9. Baru tahu ada denial syndrome. Pasti menyakitkan menyangkal luka dan fakta ya. Sepertinya ceritanya yang banyak mengaduk emosi

    ReplyDelete
  10. Saya juga bikin review buku ini di IG @itasoedarjanto. Buku pertama Leila S. Chudori yang saya baca, dan memang keren.

    ReplyDelete
  11. Baru tahu dengan kisah ini.

    ReplyDelete
  12. Peristiwa 1998 mengingatkan saya pada tragedi Mei di Jakarta. Saya sempat melihat demonstrasi di jalan ketika pulang dari suatu tempat di Jakarta. Malamnya dapat berita ada kerusuhan. Subuh sebelum terang, saya dan kawan-kawan keluar dari Jakarta. Ketika berhasil selamat dan sekembali ke kota.asal, ortu memeluk kami. Besoknya baca Jawa Pos dan kaget lihat berita betapa mengerikan yang terjadi. Selang beberapa hari, rezim mundur.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Serem banget ya Kak...waktu itu, benar-benar mencekam.

      Delete
  13. Salah satu buku wish list nih, ga kebeli-beli karena banyak bacaan di rumah yang juga belum selesai

    ReplyDelete
  14. Saya belum baca novelnya.. persepsi saya pada awalnya, ini adalah novel ringan (saat mlhat illustrasinya) Saya tidak menyangka kalau novel ini berlatar tahun 1998, dan kelihatannya sangat recommended buat dibaca..

    ReplyDelete
  15. Kalau di lihat dari cover bukunya iya mbak bener banget kirain buku untuk semua umur. Ternyata baru bab pembuka aja udah agak sadis ya & bukan konsumsi untuk anak.
    Tapi buat penikmat novel kayanya seru sih jalan ceritanya.
    Aku belum pernah baca novel-novelnya Leila S CHudori nih

    ReplyDelete
  16. Sy blm pernah baca novelnya mba. sepertinya seru ya. jd pengen baca

    ReplyDelete
  17. Keren mom selalu merekomendasikan bacaan yang berkualitas, dari judulnya aja udah menarik ๐Ÿ˜

    ReplyDelete
  18. Bagus bgt bukunya jadi penasarann

    ReplyDelete
  19. Bagus banget kak ๐Ÿฅฐ

    ReplyDelete
  20. Blm pernah baca buku ini mom.. Makasih ya review nya ๐Ÿ˜

    ReplyDelete
  21. Menarik sekali bukunya semoga bisa intens lagi baca buku kayak Oemy. Dah lama nih gak baca buku. Bacanya wa grup aja hihihi.

    ReplyDelete
  22. Jleb dengan kalimat Gelap adalah bagian dari kehidupan. Tetapi jangan sampai kita mencapai titik kelam, karena kelam tanda kita telah menyerah. Kelam adalah sebuah kepahitan, satu titik ketika kita merasa hidup sudah tidak bisa dipertahankan lagi.”Never Give up

    ReplyDelete
  23. Lumayan tegang juga ya ceritanyaa dari awal.

    ReplyDelete
  24. Jadi pengen baca juga dr awal sampai akhir buku ini

    ReplyDelete
  25. Jadi penasaran pengen baca juga

    ReplyDelete
  26. Kereen mom masih menyempatkan baca novel๐Ÿ˜ kirain pas baca, buat sendiri lho

    ReplyDelete
  27. Dari judul bukunya udh bikin penasaran sih ini

    ReplyDelete
  28. Jadii penasaraan akhir ceritanya seepertii apaa dan bagaimana... Dan baruu kali ini baca ringkasan novel yang menunjukan sisi psikologisnya..

    ReplyDelete
  29. Keren banget mom selalu kasih asupan cerita bagus yg mesti dibaca. Jadi penasaraaan

    ReplyDelete
  30. baca resensinya jadi pengen baca juga

    ReplyDelete
  31. Aku suka baca cerita, tapi dr mom tulis aku jd kebayang keseluruhannya alhamdulillah

    ReplyDelete
  32. pinjem bukunya boleh ga mom? penasaran nih ๐Ÿ˜

    ReplyDelete
  33. Wiihhhh d luar bayangan ya mom, buku nya ternyata daging bgt MasyaAllah ๐Ÿ˜

    ReplyDelete
  34. Wuihhh jadi ikut membayangkan ketegangan saat baca buku ini. Jadi pengen baca deh

    ReplyDelete
  35. - Yuke Rachma -

    ReplyDelete
  36. Ceritanya bagus. Penuh makna sekali. Pembaca nya jadi dapet kesan pesan setelah membaca ini
    -Nova

    ReplyDelete
  37. MasyaAllah diluardugaan ya isinya ❤️ bener ni dont judge book by cover

    ReplyDelete
  38. Waa jadi penasaran sama bukunya ☺️

    ReplyDelete
  39. Seru banget , keren sii

    ReplyDelete
  40. suka dengan diksi ini kak “Gelap adalah bagian dari kehidupan. Tetapi jangan sampai kita mencapai titik kelam, karena kelam tanda kita telah menyerah. Kelam adalah sebuah kepahitan, satu titik ketika kita merasa hidup sudah tidak bisa dipertahankan lagi.” jadi tergambar dengan jelas isinya, pilihan diksinya bagus ya, di ipnas ada ga ya? coba cari ah

    ReplyDelete

Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.