-->
  • Zero to Jago (Bagian 1): Sebuah Pengalaman dalam Melejitkan Kemampuan Matematika Anak

    Ilmu matematika merupakan induk ilmu pengetahuan. Hal ini mengandung pengertian bahwa ilmu matematika merupakan dasar manusia dalam mempelajari dan memahami ilmu pengetahuan yang lainnya.

    Kita sering menyaksikan bahwa anak-anak yang memiliki kemampuan matematika yang tinggi biasanya bisa memahami ilmu pengetahuan yang lainnya dengan lebih cepat. Para guru di sekolah sering menyebut bahwa apabila seorang anak sudah jago matematika maka dia akan mudah menguasai pelajaran lainnya.

    Pada umumnya, kita akan melihat anak yang memiliki ranking 1 sampai dengan 10 di kelasnya memiliki kemampuan matematika yang “lebih” dibandingkan dengan teman-teman lain sekelasnya. Kondisi inilah yang menyebabkan ilmu matematika memiliki tempat istimewa dalam dunia belajar anak dan “dunia pengalaman orang tua”.

    Akan tetapi, sejak zaman dahulu kala, ketika mendengar kata matematika maka yang terlintas dalam pikiran sebagian besar manusia adalah “pasti rumit”, “susah”, “gurunya super galak”, “membosankan”, dan label negatif lainnya terhadap ilmu yang satu ini. 

    Malahan seorang anak yang masih berumur di bawah lima tahun (balita) pun sering mendengar dari lingkungan sekitarnya, termasuk orang tuanya, bahwa matematika itu susah. Bukankah begitu? atau hal ini hanya pengalaman penulis saja kali ya he…he..he.

    Mindset  (pola pikir) yang telah tertanam dalam pikiran manusia secara umum, termasuk anak secara pribadi, menyebabkan anak-anak sudah menyerah sebelum mencoba. Banyak anak-anak yang gagal memahami ilmu matematika dikarenakan hal yang satu ini. Hal ini diperparah dengan mindset orang tuanya yang tetap menganggap matematika memang susah… Nah lengkap deh.  

    Mindset yang dibawa turun-temurun inilah yang menurut penulis adalah salah satu “rantai besar nan kuat” yang membelenggu anak-anak ataupun para orang tua dalam memahami ilmu matematika.

    Kondisi ketidakmampuan orang tua siswa untuk melepas belenggu pikirannya tentang matematika inilah yang mendorong para orangtua berbondong-bondong mencari lembaga kursus atau kelas private matematika mulai dari yang harganya ramah di kantong sampai dengan harga selangit. 

    Berdasarkan pengalaman penulis, orang tua akan rela merogoh isi kantongnya dalam-dalam demi membuat anaknya bisa menguasai ilmu berhitung. Bukankah begitu?

    Berdasarkan pengamatan penulis, seringkali orang tua siswa  merasa tidak puas dengan perkembangan kemampuan matematika anaknya walaupun sudah di les-kan bertahun-tahun di lembaga kursus-an yang bergengsi. 

    Pada saat orang tua mendiskusikan dengan pihak pengelola lembaga kursus-an tersebut (bahkan pihak sekolah) malahan mendapatkan jawaban yang sangat mencengangkan.

    “Mohon maaf Bapak/Ibu orang tua siswa, semuanya tergantung kepada “bahan baku” dan motivasi anaknya dalam belajar matematika”. 

    Nah looo… bagaimana ini? pasti membingungkan kita semua kan. Padahal salah satu tujuan kita memasukkan anak ke sekolah atau lembaga les bergengsi adalah untuk  meningkatkan level kemampuan matematika anak-anak kita. 

    Kalau jawabannya adalah masalah “bahan baku” dan motivasi anak berarti yang masuk ke sekolah/lembaga les tersebut hanya anak yang berbakat di bidang matematika dan memiliki motivasi belajar dong!!! atau dengan kata lain “anak yang sudah pintar”. 

    Lantas, bagaimana halnya dengan anak yang “maaf” masih belum keluar potensi kemampuan matematikanya? dibiarkan saja? atau ditinggalkan saja dalam kebingungannya?

    Kondisi ini telah mendorong penulis untuk senantiasa merenung, berpikir keras, dan bereksperimen untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan anak di bidang matematika ini.  

    Bertahun-tahun (sepanjang usia anak sekitar 17 tahun) penulis mencoba menerapkan berbagai cara untuk memunculkan dan melejitkan kemampuan anak dalam bidang matematika ini dengan learning by doing (belajar sambil melakukan) dan trial and error (belajar dari kesalahan).

    Sumber : canva.com (modifikasi)

    Alhamdulillah, dengan izin Alloh SWT, usaha penulis membuahkan hasil berupa peningkatan kemampuan anak penulis dalam bidang matematika, yang tadinya bukan siapa-siapa dalam ilmu matematika (Zero) menjadi anak yang diperhitungkan dalam berbagai kejuaraan matematika di berbagai tingkatan baik sekolah, daerah, regional, maupun nasional (Jago).

    Benarlah pepatah yang mengatakan bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha

    Insyaalloh, penulis akan mencoba menguraikan langkah, tips, dan trik yang dapat dilakukan oleh para orang tua dalam usaha melejitkan kemampuan matematika anak dari Zero to Jago berdasarkan pengalaman murni penulis. 

    Mudah-mudahan pengalaman ini nantinya akan membantu para orang tua yang memiliki kebingungan dalam mencari cara pembelajaran matematika untuk anak seperti yang penulis alami ketika itu.

    Penulis yakin para pembaca pasti memiliki cara dalam usaha peningkatan kemampuan matematika anaknya. Oleh karena itu, sharing pengalaman dari para pembaca sangat diharapkan penulis. Silahkan dituliskan pengalamannya di kolom komentar.

    Mohon ditunggu berbagai pengalaman penulis tentang tips, trik, dan cara melejitkan kemampuan matematika anak dari Zero To Jago di tulisan berikutnya.

  • You might also like

    17 comments:

    1. ditunggu ya mba, sharing lengkapnya tentang cara mengajarkan anak matemmatika.masyaAllah telaten sekali mba, sampai bisa mencetak generasi tangguh olimpiade. kalo saya biasanya menuntut anak2 untuk hapal perkalian 1 sd 10 di luar kepala dulu, setelah itu lanjut ke tingkat selanjutnya. tankyou for sharing mba...

      ReplyDelete
    2. MasyaAllah, sabar dan telaten sekali, Mbak Oemy.
      Untuk saya yang selalu mengibarkan bendera putih ke matematika, rasanya perlu sekali menyimak ini.
      InsyaAllah, sebagai bekal untuk mendampingi anak-anak nanti.
      Thank's for sharing, Mbak.
      Ditunggu part-part lanjutannya. 😊

      ReplyDelete
    3. Zero to jago membuat saya ingin segera mengajari anak jago matematika

      ReplyDelete
    4. Matematika itu kalau basicnya kuat ke depannya akan lebih enak. Tapi menguatkan basic itu butuh kesabaran juga

      ReplyDelete
    5. Siap menunggu sharing selengkapnya di blogpost selanjutnya ya mba Oemy 😍. Penasaran dengan tips dan step by stepnya 🙏

      ReplyDelete
    6. Jadi nungguin part berikutnya nih ... Semoga ga kelewatan nanti

      ReplyDelete
    7. masyAllah bllarakaAllah saya tunggu bagian 2

      ReplyDelete
    8. Alhamdulillah.. selamat mbak.. semoga makin sukses anaknya... di tunggu part selanjutnya...👍

      ReplyDelete
    9. Ditunggu tips dan triknya mba. Kalau trik untuk ngajari anak TK anteng belajar membaca apa y mba

      ReplyDelete
    10. Ini menarik banget tentang tips dan trik mempelajari matematika. Aku jadi penasaran kelanjutannya, soalnya aku salah satu yang gak suka matematika. Aku lebih memilih ilmu bahasa dan sosial. Menurutku semua ilmu itu punya kelebihan dan unique-nya tersendiri, jadi aku agak kurang setuju kalau anak di-push untuk jago matematika demi bisa menguasai ilmu lainnya 🙏😁

      ReplyDelete
    11. matematika memang momok yaa.. kemarin jg baru ngobrol dengan mahasiswa matematika, mereka jg shock ternyata matematika itu 'luar biasa' 😁 tp kalo kata suami sy yg memang jurusan matematika bilang "matematika itu mother of science" matematika bisa masuk kemana saja.. ditunggi sharing berikutny 😍

      ReplyDelete
    12. Hiks, anak pertama saya susah sekali diajari matematika dari kecil sampai sekarang SMA. Padahal Emaknya cinta banget matematika

      ReplyDelete
    13. Ditunggu tips and methodnya bund, smoga bisa membantu bunda² lainnya dlm persoalan ini

      ReplyDelete
    14. Aku tim nggak suka Math krn gurunya mbak, tapi nggak pengen juga anakku kek emaknya 😀

      Ditunggu sharing selanjutnya ya mbak ..

      ReplyDelete
    15. matematikan ini menjadi momok yang menakutkan termasuk saya saat masih duduk di bangku sekolah, ditunggu tips dan triknya ya mba :)

      ReplyDelete
    16. Sharingnya bisa aku save buat nanti ini. Melihat diri yang sama matematika suka angkat tangan 🤭😂

      ReplyDelete
    17. Masyaallah tabarakallah, ditunggu sharing-nya, ya, Mbak. Ini juga yang menjadi salah satu kekhawatiran saya nantinya saat anak sudah bersekolah. Saya itu lemah dalam matematika. 😅

      ReplyDelete

    Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.