Friday, November 5, 2021

Sang Pangeran dan Janissary Terakhir

 

Sang Pangeran Diponegoro Jenissary Terakhir

Sang Pangeran dan Janissary terakhir adalah buku karya Salim A Fillah pertama yang saya koleksi. Waktu seorang teman pecinta literasi memposting buku ini di instagram, dan tidak lama kemudian para pesohor negeri ini melakukan hal yang sama. Saya semakin penasaran dengan novel ini apalagi waktu itu saya sedang rajin-rajinnya membaca dan menonton film tentang sejarah Turki.

Menilik dari judulnya yang memuat kata Janissari, saya mengira novel ini berkisah tentang sejarah Turki. Menurut Wikipedia, Janissary adalah pasukan infantery atau pasukan reguler yang dibentuk dari pasukan para mujahid serta para pemimpin dan komandan Romawi yang masuk Islam dan bersiap siaga dalam medan pertempuran serta sebagai pengawal pribadi Sultan Ustmaniyah. Pasukan ini dibentuk pada masa kesultanan Ustmaniyah yang kedua yaitu Orkhan bin usman.                                                                     

Salah satu perang dalam masa penjajahan yang mampu mengosongkan kas keuangan Pemerintahan Kolonial Belanda adalah Perang Jawa, yang berlangsung dari tahun 1825-1830 di bawah pimpinan seorang santri berdarah bangsawan yaitu Pangeran Diponegoro. Putra kesayangan Sultan Hamengkubuwono III yang tidak pernah mempunyai keinginan untuk menjadi seorang sultan.

canva.com
Dia sangat menyukai keteduhan dan aroma kemuning, yang menurut orang Jawa bermakna ngemu ening atau Merahimi keheningan. Tetapi ketika dentuman meriam dan suara tembakan semakin mendekat dari arah Timur dan tenggara, ia merasa ada yang mencoba mengusik ketenangan batinnya dan ketentraman Puri Tegalrejo bahkan merobek kedamaian di Tanah Jawa.

Pangeran Diponegoro rela meninggalkan kehidupan serba nyaman di Puri Tegalrejo dengan keluar masuk hutan mengobarkan perang. Perlawanannya kepada penjajah bukan bertujuan untuk meraih kekuasaan, bukan untuk meraih kekayaan, hanya semata-mata untuk li’ila’I kalimatillah, untuk meninggikan syiar- Nya Gusti Allah, amangun luhuripun agami Islam ing Tanah Jawi (hal 292).

Untuk meneguhkan hati, sebelum meninggalkan istananya Sang Pangeran kembali membuka sebuah gulungan kertas yang disimpul dengan cincin perak berukir Tughra Sultan Abdul Hamid I dari Daulah Ustmaniyah. Gulungan kertas itu, berisi penjelasan yang merupakan jawaban dari pertanyaan seorang ulama muda asal tanah Jawi bernama Iman Abdullah Arif Albaderani kepada gurunya yang bernama Syaikh Abdush Shamad Al-Falimbani.

Ulama muda tersebut, salah satunya mempertanyakan alasan Kanjeng Syaikh selalu mengirimkan risalah penyemangat jihad kepada raja-raja Nusantara, terutama para pemuka wangsa Mataram di tanah Jawa. Salah satu penjelasan Kanjeng Syaikh kepada murid mudanya dengan dengan menyitir hadis Rasulullah Saw bahwa pembawa kejayaan akhir zaman akan datang dari arah timur dengan panji-panji hitamnya.

Canva.com
                                                                       
Strategi perang gerilya dan kemampuan berperang prajuritnya yang terdiri dari prajurit Mataram, kaum santri, dan rakyat, ditambah kehadiran para Janissary terakhir dari Turki menjadikan pasukan di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro ini tidak terkalahkan. Hal tersebut memaksa Gubernur Jendral Hindia Belanda memutar otak mencari anti-strategi jitu untuk menghentikan peperangan secepatnya agar tidak jatuh dalam kebangkrutan.

Novel ini tidak hanya mengisahkan kepemimpinan Pangeran Diponegoro yang selalu menjunjung tinggi sunah Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-harinya. Tetapi dengan alur maju mundur yang smooth dan pemilihan diksi yang apik. Tokoh-tokoh lainnya pun dikisahkan dengan sama menariknya. Berbagai kisah pilu yang menguras air mata karena kehilangan orang -orang terkasih yang gugur sebagai syuhada dalam perang, atau saat seorang istri yang harus melepas suaminya pergi ke medan juang tanpa tahu kapan akan kembali?

Sampai kisah kocak para punakawan Pangeran Diponegoro dan Basah Katib yang sangat menghibur. Tidak ketinggalan kisah romantisme yang diceritakan dengan santun. Juga para penghianat lemah iman, yang membuat jengkel. Berpadu menjadi satu dalam satu rangkaian cerita yang memikat.Menjadikan novel ini sangat luar biasa, sarat dengan ilmu ditambah kisahnya yang beririsan dengan sejarah Turki Ustmani, menjadikan pembaca memahami sejarah lebih utuh.




25 comments:

  1. Pengen baca juga novelnya ni bagus isinya buat belajar bareng anak anak

    ReplyDelete
  2. Saya kira bukan kisah dari dlm negeri ternyata sejarah dari pangeran diponegoro selalu mengikuti sunah rasul ... bagus sekali mom

    ReplyDelete
  3. Penasaran pengen baca selengkapnya deh ,cerita sejarah yg sangat menarik ..

    ReplyDelete
  4. Penasaran pgn baca bukunya, bagus yaa..

    ReplyDelete
  5. Jadi penasaran pengen baca buku sejarahnya nih

    ReplyDelete
  6. Penasaram pengen baca bukunya nih

    ReplyDelete
  7. Wah jadi penasaran sama full ceritanya ini

    ReplyDelete
  8. Ketagihan baca baca lagi nih akuu

    ReplyDelete
  9. Seru banget bacanya jadi ketagihan bacanya ❤

    ReplyDelete
  10. Aku jd penasaran pengen baca bukunya jg mom 😍

    ReplyDelete
  11. Keren bgt isi bukunya jadi mau baca jugaa

    ReplyDelete
  12. Jadi pengen baca full ceritanya kaaa 😅

    ReplyDelete
  13. Terus berkarya... dan salam literasi. . Mantap

    ReplyDelete
  14. Bagus novelnya yaaa.. semngat terus mom, tulisannya juga bagus

    ReplyDelete
  15. Bagus banget ya ceritanya, jadi pengen baca lansung novelnya

    ReplyDelete
  16. Novelnya bikin penasaran di gramed ada?

    ReplyDelete
  17. Aku suka nib kalo ada buku tentang sejarah2 gini ..

    ReplyDelete
  18. Menarik banget ceritanya. Jadi pengen tau lebih lagi nih..

    ReplyDelete
  19. Note, cari di perpus bukunya, semoga nemu.

    ReplyDelete
  20. Seru banget cerita nya, jd penasaran kelanjutannya

    ReplyDelete
  21. Seru ceritanya, penasaran dengan kelanjutan nya 🤗

    ReplyDelete
  22. Baca sinopsisnya aja seru, ya. Apalagi novelnya. Keren ini buat bacaan, karena bacaan kayak gini udah mulai ditinggalkan, padahal bagus banget. Buat mengenal sejarah juga.

    Mantul, semangat menulis terus, Mbak.

    ReplyDelete
  23. Perjuangan yang luar biasa ya dari pahlawan kita dulu, bagus banget buat referensi. Semangat terus ������

    Jadi penasaran full ceritanya nih

    ReplyDelete

Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.