Thursday, October 21, 2021

Pendekar Tanpa Nama di Tanah Kambuja


Keinginan Pendekar Tanpa Nama untuk mengembara menyebrang lautan, terwujud setelah kapten kapal yang berasal dari kerajaan srivijaya mengijinkannya untuk ikut dalam sebuah misi perdagangan. Kedatangannya di Tanah Kambuja pada pagi hari tahun 796 itu, langsung disambut oleh pendekar Khmer nan jelita dengan sebuah tantangan duel.

Tantangan yang membingungkan bagi Pendekar Tanpa Nama. Pada tempat yang sangat jauh dari rumahnya di Javadivipa, ia merasa tidak mempunyai musuh dan tidak mungkin dikenali sebagai seorang pendekar yang tidak pernah terkalahkan dengan ilmu-ilmu andalannya yaitu ilmu bayangan cermin dan ilmu tanpa bentuk.

Keduanya terlibat dalam sebuah pertarungan dengan menggunakan jurus yang sama yaitu ilmu penjerat naga. Namun sayang, rupanya putri Amrita mempelajari jurus Penjerat Naga berasal dari kitab palsu. Sehingga dengan mudah ia dilumpuhkan dan hampir merenggut nyawanya.

Kekalahannya atas Pendekar Tanpa Nama, tidak menimbulkan keinginan balas dendam bagi Amrita. Kakak seperguruannya justru meminta agar Pendekar Tanpa Nama menyembuhkan luka yang diderita oleh Amrita yang disebabkan oleh pukulan telapak darah di Puncak Tiga Rembulan.

Pertemuan pendekar Tanpa Nama dengan Amrita menyebabkan, ia terlibat dalam berbagai pertempuran tingkat tingkat tinggi yang sangat mematikan. Serta tergabung dalam pasukan pemberontakan An-Nam untuk melawan penjajah.

Kematian Amrita, sang kekasih, di tangan Harimau Perang. Mewajibkan Pendekar Tanpa Nama untuk melakukan perjalanan rahasia ke Negeri Atap Langit demi membongkar persekongkolan jahat yang berkelindan dengan berbagai kepentingan disekitar penguasa.


Buku setebal 908 halaman ini, ditulis dari sudut pandang orang pertama (POV 1) dengan karakter utama  Pendekar Tanpa Nama. Tetapi cerita tidak selalu berpusat pada  Pendekar Tanpa Nama, penulis banyak sekali menghadirkan tokoh-tokoh lain yang mempunyai karakter beragam. Serta fakta-fakta sejarah juga filsafat yang diramu dengan pilihan diksi yang menawan.

Nagabumi II dikisahkan dengan menggunakan alur maju mundur (sandwich). Cerita yang dihadirkan kepada pembaca adalah oto biografi Pendekar Tanpa Nama yang ditulis pada lembaran lempir lontar pada saat berusia 26 tahun.

Kakek yang kini berusia 101 tahun itu, berusaha mengingat setiap detail kisah hidupnya. Demi mengurai misteri pemburuan atas dirinya oleh kerajaan.

Dari sekian banyak kisah yang dihadirkan dalam buku ini, salah satu yang menjadi favoritku adalah Nawa. Tetangga cilik Pendekar Tanpa Nama pada masa tua. Saya terkesan dengan semangat belajar Nawa yang ingin belajar membaca dan menulis, yang jarang dimiliki oleh anak-anak dari kalangan masyarakat bawah pada masa itu.

Nawa dengan cepat menjadi murid membaca dan menulis serta sahabat Pendekar Tanpa Nama yang menghabiskan masa tuanya sendirian. Anak itu tidak pernah tahu bahwa kakek yang sering ketiduran saat menulis itu adalah pendekar kenamaan dalam dunia persilatan. Sebuah dunia laksana dongeng bagi masyarakat awam.

Seno Gumira Ajidarma merangkai untaian kisah dalam Nagabumi II ini sangat apik dari awal sampai akhir. Walaupun awalnya perlu penyesuaian dengan ungkapan-ungkapan yang berkaitan dengan setting waktu abad ke 8 seperti penyebutan saya dengan sahaya, menjura, menghaturkan sembah dan ungkapan-ungkapan lain yang tidak lagi digunakan saat ini.

Teknik showing-nya keren dan sangat mendetail. Pembaca bisa merasakan curam nya tebing di lautan Gunung kelabu yang disertai kesiur angin membekukan. Selain itu perbendaharaan diksi juga semakin bertambah, sehingga saya harus berkali-kali membuka KBBI untuk mengetahui makna sebenarnya. Hal itu membuatku semakin penasaran untuk membaca karya lainnya dari Seno Gumira Ajidarma.



Baca Juga
Buku Nagabumi III di link 👉Pendekar Tanpa Nama Memburu Harimau Perang

No comments:

Post a Comment

Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.