Makanya, Mikir! Biar tidak salah
mengambil keputusan
Makanya, Mikir! Kalau tidak mau
menyesal
Makanya, Mikir! Kalau mau sukses
Makanya, Mikir…..
Makanya, Mikir ….
Mungkin itu salah tiga pesan yang
saya tangkap dari buku yang berjudul MAKANYA, MIKIR! Yang ditulis oleh duo
perempuan cantik Abigail Limuria dan Cania Citta.
Waktu saya menemukan rekaman
acara launching buku bersampul merah ini di aplikasi pemutar video, yang
menghadirkan tokoh-tokoh femes yaitu Anies Baswedan, Basuki Tjahaya Purnama dan
Nazwa Shihab. Saya auto penasaran, tertarik, dan langsung meluncur nyari di
market place tapi ternyata harus Po. Ya sudah gercep ikutan Po dong.
Selain itu yang membuat jatuh
cinta pada buku ini. Walaupun tidak intens, saya lumayan sering mengunjungi
kanal youtube milik Cania Citta. Pemikiran gadis kelahiran Depok 30 tahun silam
ini, menurutku kece banget.
Judul Buku ; Makanya, Mikir! |
Penulis : Abigail Limura dan Cania Citta | Penerbit : PT. Simpul Aksara Grup |
Tahun Terbit : 2025, Pebruari Cetakan Kedua | Jumlah Halaman : 291 halaman
|Harga : Rp. 138.000 |
Harus Begini? Atau Harus Begitu?
Sadar atau tidak, setiap hari
kita sering dituntut untuk mengambil keputusan diantara berbagai opsi yang
tersedia. Mulai dari hal yang sangat sepele seperti “Hari ini, aku harus
memakai baju merah atau hijau?” tapi kalau yang kayak gitu mah jangan terlalu
dibuat riweuh sesuai keinginan dan Sikon aja ya.
Beda nih kalau menyangkut hal-hal
serius, yang memerlukan pemikiran dan penggunaan
logika agar tidak salah langkah dalam mengambil keputusan. Misalnya “Setelah lulus kuliah harus kerja dulu atau langsung S2?” , “Mending
buka usaha sendiri atau kerja di korporat?”, “Apakah harus beli
rumah dekat kantor dengan ukuran yang lebih kecil dengan harga yang lebih mahal
atau beli rumah yang agak jauh dari kantor dengan harga yang lebih terjangkau?”
Benerkan pertanyaan-pertanyaan
itu sering membuat kita pusing dan gamang?
Terus bagaimana cara menjawabnya?
Tahukah teman-teman, dijamin deh
tidak ada profesor atau ahli bidang ilmu apapun yang bisa memberikan jawaban
eksak yang sekaligus memuaskan kalian.
Kenapa?
Karena semuanya TERGANTUNG pada tujuan, kebutuhan,
prioritas, kondisi atau situasi masing-masing.
Kalau begitu, bagaimana caranya mengambil
keputusan yang sesuai dengan kondisi kita?
No worry
teman-teman! jika hidup ini diibaratkan dengan perjalanan, tentunya kita
memerlukan berbagai peralatan agar sampai ditempat tujuan dengan selamat. Nah
buku Makanya Mikir dihadirkan untuk memberikan pengetahuan dan skill untuk
menavigasi perjalanan hidup, dengan mengenalkan berbagai kerangka
berpikir.
Serunya lagi, Abigail dan Cania
menyuguhkan berbagai teori pengambilan keputusan itu dengan bahasa ringan dan
gaul, khas anak muda banget. Kalimat-kalimatnya disusun seperti orang lagi ngobrol
atau berdiskusi ringan. Kerennya lagi dilengkapi juga dengan berbagai studi
kasus yang relevan. Jadi mudah dicerna dan dimengerti oleh orang awam sekalipun
yang tidak terbiasa membaca buku managemen, seperti aku wkwkwk.
Bukan itu saja, yang membuatku
cukup kilat dalam melahap buku ini. Layout-nya dong, juara banget.
Penyusunan teks, gambar dan elemen visual lainnya benar-benar memberikan
pengalaman membaca yang menyenangkan. Dan kalau kalian masih malas untuk
menyimak penjelasan lengkap yang dibahas dalam suatu bab, tenang pada setiap
akhir pembahasan disediakan rekapnya kok.
Tapi ringan bukan berarti kopong
lho! isinya lengkap banget disertai dengan pendapat para ahli yang kompeten
dibidangnya. Jadi bukan hanya omon-omon ya.
Kalau kata aku, buku ini seperti
sahabat yang sabar banget membimbing temennya yang lagi galau dalam menentukan
pilihan dengan mengajaknya untuk berpikir dan logika (Daripada lebay karena
terlalu menggunakan perasaan, mending mikir yu!) . Mulai dari pentingnya menentukan
goal of life yang seringkali bertabrakan antara idealisme dan realitas
(hayo siapa yang pernah mengalami?). Cara berpikir ilmiah, cara menentukan cost
and benefit, konsep probabilitas, sampai kecerdasan sosial juga dibahas
dengan lengkap kap kap.
Betewe ngomong-ngomong tentang
kecerdasan sosial, aku tuh paling tertarik saat membahas tentang empati. Selama
ini kan kalau mendengar kata empati itu yang langsung terbayang adalah ikut
merasakan beban orang lain, jadi kita harus menolongnya untuk meringankan beban
itu.
Ternyata empati itu ada tiga jenis yaitu:
1. Empati Kognitif
Memahami (pikiran, emosi,
perasaan, dll) pihak lain
2. Empati Emosional
Ikut merasakan apa yang dirasakan
pihak lain
3. Empati Belas Kasih
Memilih tindakan yang mengurangi
penderitaan atau menambah kebahagiaan pihak lain.
Nah kita itu bisa saja berempati
kognitif, tetapi tidak berempati emosional. Atau berempati emosional tetapi
tidak berempati belas kasih.
Menurut kalian jenis empati mana
yang paling cocok diterapkan dalam pembuatan keputusan?
No comments:
Post a Comment
Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.