Buku Pasung Jiwa adalah karya
Okky Madasari pertama yang saya baca, awalnya enggak niat juga mau membeli buku
ini. Kalau sudah jodoh tidak akan kemana, quotes itu kayaknya cocok
untuk menggambarkan pertemuan saya dengan buku bersampul ungu muda ini.
Pada suatu akhir pekan saya
nge- mall bareng paksu karena ada barang yang harus dicari, dan tidak
sah rasanya kalau ke pusat perbelanjaan tidak mampir ke toko buku. Selain itu, saya sudah berniat mau membeli buku yang berjudul Di Tanah Lada karya ZiggyZezsyazeoviennazabrizkie. Nah buku ini letaknya berdampingan bahkan berdempetan
dengan buku tersebut.
Melihat penulisnya Okky
Madasari, saya jadi tertarik untuk mengantonginya. Karena saya pernah ikut
beberapa kali ikut zoominar yang menghadirkan penulis yang selalu mengangkat
tema sosial ini.
Okky Madasari Sumber gambar : Gramedia.com |
Jadi deh dengan senang hati
dan suka cita, saya menghabiskan akhir pekan dengan kedua buku ini. Sampai lupa
ada undangan botram dari bu RT dalam rangka Agustusan (maaf ya bu RT).
Judul Buku : Pasung Jiwa | Penulis :
Okky Madasari | Penerbit : Gramedia Pustaka Utama |Tahun Terbit : 2021, Mei
Cetakan IV| Jumlah Halaman : 328 halaman | Harga : Rp. 90.000 (Pulau Jawa) |
ISBN : 9786020652177
Pasung Jiwa
Buku Pasung Jiwa merupakan
kisah seorang anak lelaki yang bernama Sasana. Ibunya berprofesi sebagai dokter
bedah dan ayahnya adalah lawyer. Sasana memiliki adik perempuan yang sangat
disayanginya yang bernama Melati.
Sasana suka mengucapkan nama
adiknya itu secara berulang-ulang, menurutnya Melati adalah suatu nama yang
indah. Tidak seperti namanya yang memberi kesan terlalu garang, terlalu keras
dan selalu mengingatkannya pada perkelahian dan darah.
Walaupun bukan musisi, kedua
orang tua Sasana sangat menyukai piano. Mereka
memanggil guru privat agar kedua anaknya lihai bermain alat musik tuts tersebut
. Tidak heran, pada usia belia Sasana sudah pandai memainkan lagu-lagu klasik.
Tetapi saat menginjak remaja,
lulus SD, tidak sengaja Sasana melihat pagelaran musik di kampung dekat
rumahnya. Musik yang membuatnya bahagia sehingga seluruh tubuhnya ikut
bergoyang. Namun orang tuanya tidak suka melihat Sasana bergoyang sambil
menyanyikan lagu dangdut.
Orang tuanya beranggapan bahwa Sasana sedang bosan memainkan piano,
kemudian mereka membelikan alat pemutar musik dan membanjiri sulungnya dengan
musik pop. Tetapi hal tersebut tidak membuat kesenangan Sasana terhadap musik dangdut luntur. Setiap malam, anak itu selalu
berjoget di dalam kamar dengan diiringi musik dangdut yang berasal dari radio
milik asisten rumah tangga mereka.
Bullying
Saat SMP oleh orang tuanya,
Sasana dimasukan pada sekolah khusus laki-laki. Saya sempat heran kenapa Sasana
tidak dimasukan sekolah umum, soalnya penulis tidak menceritakan alasannya.
Ternyata teman-teman, di
sekolah tersebut banyak sekali geng. Sebagai anak baru, Sasana sering di
mintai uang. Pada suatu hari mereka meminta uang kepada Sasana melebihi uang
jajannya. Karena Sasana tidak dapat mengabulkan keinginan mereka, akhirnya
Sasana dihajar di WC belakang sekolah sampai pingsan dan ada beberapa tulang yang
patah.
Ibunya sangat sedih melihat
kondisi anak sulungnya yang sangat memprihatinkan, ia meminta kepada suaminya
agar pelaku dilaporkan kepada pihak berwajib dan di masukan ke dalam sel. Namun
sayang, ayah Sasana tidak bisa berbuat apa-apa karena pelaku adalah anak pejabat
tinggi. Malah ia kembali dihajar dengan lebih sadis sampai tidak sadarkan diri.
Hal tersebut membuat Sasana
trauma dan kecewa dengan keadaan dirinya yang tidak bisa melawan. Kecewa dengan
teman-temanya dan kecewa dengan kelaki-lakiannya.
Aku Merdeka
Setelah lulus SMA, Sasana
kuliah di Malang mengambil jurusan hukum. Namun tidak sampai satu semester,
Sasana memutuskan untuk meninggalkan bangku perkuliahan. Ia lebih memilih
panggilan jiwanya, daripada terkurung dalam ruangan gedung-gedung perkuliahan sambil mendengarkan celotehan dosen yang dianggapnya sangat membosankan.
Berawal dari tawaran Cak Man,
pemilik warung kopi, kepada Sasana untuk menghibur pengunjung dengan
menyanyikan lagu dangdut. Semestapun sepertinya mendukung Sasana, di warung itu
ia bertemu dengan Cak Jek (Jaka Wani) yang piawai bermain gitar jadilah kolaborasi
antara musisi dengan vokalis.
Setiap malam Sasana dan Cak
jek menyusuri jalan-jalan di Kota Malang menjual suara Sasana yang berkamuflase
menjadi seorang SASA, dalam balutan kostum serta riasan wajah dan rambut yang
sensual. Goyangan Sasa begitu aduhai dan menggoda para penikmat musik jalanan.
Sasana merasa kehidupan yang
dijalaninya bersama Cak Jek sangat membahagiakan. ia bebas
mengekspresikan dirinya tidak perlu lagi bergantung kepada kedua orang tuanya.
Namun ketika orkes dangdut Sasa mulai dikenal malapetaka itu datang.
Cak Jek dan Sasana diciduk
oleh pihak yang berwajib ketika mereka bersama enam temannya yang lain mendatangi
pabrik tempat anaknya Cakman, Marsini, yang tidak lagi terdengar kabarnya setelah
berteriak menyuarakan hak-hak para buruh.
Gerombolan Sasana membuat
kehebohan di depan pabrik, jalan raya Sidoarjo mendadak macet total ketika
Sasana bernyanyi di tengah jalan dengan hanya menggunakan celana dalam dan bra merah menyala.
Aparat keamanan yang datang
ke TKP dalam waktu singkat menghentikan aksi tersebut dan menjebloskan para
pelakunya ke dalam penjara. Sasana tidak mengetahui dimana ia ditahan,
begitupun dengan nasib Cak Jek, Cak Man dan kawan-kawan lainnya. Karena Sasana
menempati sel yang terpisah.
Dalam tahanan, pihak yang
berwajib tidak menginterogasi Sasana, tetapi melecehkan anak itu dengan luar
biasa. Walaupun penulis menggambarkan dengan cukup sopan, tetapi tetep saya tuh
ill feel bacanya.
Bagaimana Nasib Cak Jek?
Buku ini dikisahkan dengan
POV orang ketiga menceritakan kisah Sasana, tetapi dalam bab-bab selanjutnya,
pasca penahanan, ketika Sasana dan Cak Jek menjalani kehidupan terpisah.
Penulis menceritakan kehidupan Cak Jek dalam bab tersendiri.
Jadi tokoh utama dalam novel
ini adalah Sasana dan Cak Jek yang berjuang menyingkirkan pasung jiwa yang
membelit keduanya. Dapatkah mereka kembali hidup dengan jiwa merdeka? Apakah mereka dapat bertemu kembali?
Ilmu Parenting
Novel Pasung Jiwa selain
mengungkap fakta-fakta sosial yang membuatku bergidik ngeri dan beristighfar
berkali-kali. Novel ini juga mengajarkan ilmu parenting yang membuatku merenung
dan ingin memeluk anak-anak dengan erat.
Saya sangat kagum dengan
sikap yang ditunjukan oleh ibunya Sasana, ia tidak marah bahkan dokter bedah
itu juga tidak bertanya sama sekali ketika sulungnya pulang ke rumah setelah
dua tahun menghilang tak berkabar.
Ibunya juga berulang kali
meminta maaf kepada Sasana ketika anak itu masuk rumah sakit jiwa karena trauma
berat. Agar anaknya dapat hidup dengan jiwa seutuhnya, perempuan itu mendukung
sepenuhnya keinginan dari Sasana dengan bertindak sebagai manajer untuk
penyanyi lagu dangdut Sasa. Lebih dari itu ia pun menawarkan anaknya untuk
operasi kelamin walaupun ditolak Sasana.
Komunikasi
Setelah membaca novel yang masuk
dalam lima besar Khatulistiwa Literary Award pada tahun 2013 ini, saya dapat
mengambil pelajaran bahwa komunikasi antara anak dan orang tua adalah kunci
keberhasilan dalam mendidik anak. Menurut psikolog dari Himpunan Psikologi
Indonesia (Himpsi) dalam artikel yang
dimuat Antaranews, komunikasi antara anak dan orang tua akan menumbuhkan empati, keterbukaan, hingga memperkuat
hubungan dua arah.
Berawal dari otoriter dan berakhir dengan kepasrahan karena rasa bersalah, ya. Sedih, sih. Andai kedua orang tuanya bisa lebih bijak memperbaiki apa yang sudah terlanjur salah.
ReplyDeleteBerat ya..
ReplyDeleteAkar masalahnya dari awal Sasana berada di lingkungan yang problematic. Aku jadi memikirkan untuk tetap melindungi anak dari lingkungan dan pengaruh buruk, ini salah satu tugas orangtua. Doa orangtua memang bener-bener jadi benteng terbaik anak agar tidak menuruti semua yang mereka inginkan.
Belum baca bukunya udah ngeri aja nih. Jadi bisa buat pelajaran nih bagaimana lingkungan dan didikan dari rumah sangat berpengaruh pada masa depan anak.
ReplyDeleteLama sekali nggak baca buku sastra Indonesia. Ceritanya sangat berkembang dan kekinian sekarang, bagus deh biar bisa ngasih insight aktual untuk pembacanya. Thx ulasan novel Pasung Jiwa-nya.
ReplyDeleteTermasuk berat juga ya novel Pasung Jiwa ini. Potret-potret kehidupan sosial dan kenyataan yang ada langsung tergambar di sini. Membuat pembacanya mesti terkaget-kaget dan bertanya-tanya tentang kerasnya kehidupan di luar sana. Makasih sudah membuat review novel ini Mbak.
ReplyDeleteBerat temanya, ngeri bacanya..tapi penuh pembelajaran bagi orangtua. Sesuai judulnya sih otoriter parenting yang hasil akhirnya terpasung jiwa anaknya
ReplyDeleteBaca review ini agak ngeri, but relate sepertinya dengan gonjang-ganjing dunia parenting di masa kini. Ketika orang tua zaman sekarang dihadapkan dengan banyaknya ancaman seperti LG*Tq, bullying, pelecehan se*sual, dll
ReplyDeleteWah, menarik ceritanya
ReplyDeleteRelate dengan tantangan parenting saat ini ya mbak, jadi pengen baca juga
Okky emang ngga ada obat kalo nulis fiksi. duh aku belum baca nih yang Pasung Jiwa, otw masukin ke wishlist
ReplyDeletePasung Jiwa sepertinya menarik
ReplyDeleteMau tahu bagaimana diksinya
Kudu baca ini ya
Pengen baca langsung, dan intip ilmu parentingnya, kalau baca kisah anak anak seperti ini, jadi berkaca ke diri sendiri rasanya belum jadi ibu yang baik
ReplyDeletekarya okky madasari tuh ya selalu aku eman2 mba wkkwkw soalnya bagus, jadi bacanya pelan-pelan terus akhirnya kelupaan nggak tamat. Makasih sudah diingatkan, salah satu penulis keren indonesia beliau ini
ReplyDelete