-->
  • Resensi Novel 1984 Karya George Orwell

    Resensi Novel 1984 Karya George Orwell


    Novel  1984 Karya George Orwell adalah buku kedua penulis kelahiran 1903 ini, yang saya baca. Karya pertamanya  adalah Animal Farm yang wara wiri mampir di time line media sosial sebagai buku klasik yang wajib dibaca.

    Begitulah para bookstagramer mulai meracuniku untuk mulai ngubek berbagai market place nyari harga termurah dong tentu wkwkwk, buku ini ikut muncul juga di etalase ketika kumasukan kata kunci “buku karya George Orwell” ya sudah sikat aja masuk keranjang dua-duanya.

    Karena tidak sabar, dan merasa sudah “tahu” penulisnya. Aku tuh ceroboh banget langsung baca bab I tanpa terlebih dahulu membaca kata pengantarnya. Apa yang terjadi guys? Asli aku tuh bingung berat, dan banyak banget pertanyaan memenuhi kepala. Sepanjang mengikuti kisah kehidupan tokoh utama yang bernama Winston, yang kadang bikin ngeri dan bulu kuduk merinding walaupun tidak ada peristiwa berdarah-darah atau drama pembunuhan seperti dalam novel thriller, tapi bikin penasaran.

    Novel 1984 adalah Buku Distopia

    Novel yang mengantarkan penulisnya menuju puncak kesuksesan ini, pertama kali diterbitkan pada tahun 1949, tujuh bulan sebelum meninggal dunia. Pada saat itu buku 1984 seperti kristal kaca yang memberikan ramalan tentang peristiwa yang akan terjadi pada 35 tahun ke depan.

    George Orwell membawakan kisah dalam buku ini dengan begitu detail sehingga setiap peristiwanya terasa begitu nyata. Aku jadi ngerti kenapa orang-orang di seluruh dunia, banyak yang merasa ketakutan. Apa yang diceritakan dalam buku ini, akan benar-benar terjadi ketika menjelang tahun 1984.

    Resensi Novel 1984 Karya George Orwell

    Segalanya Diawasi dan Dikendalikan Oleh Negara

    Dalam buku ini, pada tahun 1984 digambarkan  dunia terbagi ke dalam tiga blok kekuasaan yaitu Eastasia, Oceania dan Eurasia yang senantiasa memelihara perang antar mereka untuk melanggengkan kekuasaan.

    Masyarakat yang berada pada tiga blok kekuasaan itu, hidup tertekan di bawah pemerintahan partai yang sangat otoriter. Gerak gerik masyarakat senantiasa diawasi dengan menempatkan telescreen, dan mikropon diberbagai tempat. Serta keberadaan polisi pikiran yang selalu siaga mengirim mereka ke penjara, jika melanggar aturan partai. Lebih mengerikan lagi, partai juga mendidik anak-anak  untuk memata-matai orang tuanya sendiri.

    Bukan hanya kehidupan politik, sosial, dan ekonomi yang diatur oleh partai  Sosing yang diketuai oleh Bung Besar itu, tetapi juga menyangkut kehidupan yang paling pribadi. Aku tuh sampai sesek napas dan ikut deg degan ketika Winston janjian dengan kekasihnya yang bernama Julia, sampai harus masuk hutan atau mencari tempat-tempat yang sekiranya jauh dari teleskrin atau mikropon.  

    Kebebasan Berpikir Tidak Sepenuhnya Bisa Dikendalikan

    Secara fisik mungkin kehidupan manusia dapat ditekan, begitupun dengan pikiran dapat dimanipulasi sedemikian rupa dengan menghilangkan berbagai fakta dan menjejalkan berbagai jargon kepartaian yang harus ditaati sebagai jalan hidup.

    Tetapi manusia mempunyai hati nurani yang mampu melihat kebenaran walaupun tersembunyi dalam pekatnya malam. Pikiran tidak sepenuhnya dapat dimatikan. Winston Smith yang sehari-hari bekerja di departemen Cinta Kasih, dalam hatinya masih menyimpan semangat perlawanan atas ketidakadilan dengan mulai menuliskannya dalam sebuah buku harian.  

    Resensi Novel 1984 Karya George Orwell


    Ketika Setiap Orang Dapat Berkamuplase

    Serem banget enggak sih? Ketika setiap orang dapat berkamuplase di bawah kendali partai? Sehingga tidak ada lagi yang bisa dipercaya. Seperti sosok orang tua bungkuk kesepian, pemilik toko barang antik, berdebu karena sepi pengunjung.

    Dalam pandangan Winston, lelaki itu setidaknya tidak akan membahayakan dirinya sebagai anggota partai. Ketika ia memutuskan untuk menyewa kamar yang terletak dilantai dua toko barang antik itu yang akan dijadikannya sebagai suaka.  Tempat ia merasakan sedikit kebebasan dan berpikir waras sebagai makhluk hidup.

    Begitupun dengan sosok Goldstein yang begitu meyakinkan Winston, bahwa gerakan perlawanan bawah tanah itu nyata adanya. Janjinya begitu manis, harapan yang ia berikan membakar semangat Winston laiknya jerami kering terkena percikan api.

    Seperti anjing yang dilempar daging, Winston dengan rakus melahap umpan yang dilemparkan Goldstein sehingga rahasia dirinya terungkap begitu saja.

    Akankah kehidupan Winston berakhir di penjara bawah tanah? Atau berakhir di tiang gantungan? Atau ia bisa menerima bahwa 2+2=5 sebagaimana yang diajarkan oleh partai? Dan meyakini keberadaan Bung Besar?

    Resensi Novel 1984 Karya George Orwell


    Telescreen

    Ada satu benda yang paling sering disebut-sebut dalam kisah ini. Sepertinya benda ini ada dimana-mana  dan sangat ditakuti yaitu telescreen. Jujurly aku baru tahu ada benda semacam ini dan penasaran banget pengen tahu bentuknya setelah googling ternya telescreen itu menurut Wikipedia  adalah perangkat yang dioperasikan sebagai televisi, kamera keamanan dan mikrofon.

    Tapi kalau televisi, kita yang menonton berbagai acara yang ditayangkan.  Nah kalau Telescreen sebaliknya guys justeru kita yang ditonton oleh pihak yang mengawasi.

     Apakah Novel Ini Masih Relevan Dibaca Sekarang?

    Untuk menjawabnya kita simak pendapat Ben Pimlott yang ada terdapat dalam Pengantar buku ini

     Novel ini dapat dipandang sebagai paparan tentang kekuatan-kekuatan yang mengancam kemerdekaan dan pentingnya melawan kekuatan demikian. Kekuatan-kekutan seperti itu kebanyakan dapat diringkas dalam satu kata: Dusta. Pengarang menawarkan suatu pilihan politis- antara melindungi kebenaran, atau menggelincir ke kubangan kepalsuan yang membuai, yang menguntungkan penguasa beserta eksploitasi atas rakyat yang merupakan ranah perasaan sejati dan harapan terakhir”.

    Jadi menurut kalian gimana Guys?

    Kalau menurut aku sih iyes, buku 1984 karya George Orwell ini akan selalu relevan dibaca kapanpun. Karena keberadaan pemerintahan otoriter yang mencengkram kebebasan rakyatnya akan selalu ada dalam sejarah kehidupan manusia.


    Judul Buku : 1984 | Penulis : George Orwell | Penerjemah : Landung Simatupang | Penerbit : Bentang Pusaka | Tahun Tertibit : Juli 2021 Edisi IV Cetakan 3 | ISBN : 978-602-291-731-1 | Harga : Rp. 89.000 | Jumlah Halaman: 397 | 

  • You might also like

    19 comments:

    1. Ini berarti setting ceritanya tahun 1984 ya mbak
      Tentang bagaimana kehidupan pada saat itu ya
      Belum ada kebebasan berpendapat ya

      ReplyDelete
    2. Semacam teror psikologis nih di mana-mana ada mata-mata yang membelenggu kebebasan orang untuk berbicara dan hidup bebas. Mengerikan kalau hidup di tahun dan di masa tersebut di novel.

      ReplyDelete
    3. Tema tulisannya George Orwell memang sesuatu banget ya, Kak.

      ReplyDelete
    4. Duuh, jadi pengen baca bukunya nih. Soalnya, aku jg paling seneng baca buku dg suguhan cerita yg detail. Jadi, seolah2 setiap peristiwanya tuh terasa nyata. Btw, aku jg baru tahu telescreen, lho

      ReplyDelete
    5. Aku juga baca Orwell ini seneng banget sampe yang sibuk mikir dan berfantasi wkwwk. Ceritanya detail bangett

      ReplyDelete
    6. Buku dengan genre seperti ini kadang terasa berat tapi aman menarik untuk dihabiskan dalam sehari

      ReplyDelete
    7. Sejujurnya, ku ingin berpendapat bahwa seperti apapun pemerintahan, tidak ada yang benar-benar sesuai dengan hati rakyat. Kecuali jika rakyatnya sudah dikelompokkan ke dalam "kelas atas". Kenapa aku bisa bilang begini?
      Karena masa demokrasi pun, rakyat bisa dengan mudah dipengaruhi dan menjadi "budak" dari sebuah pemerintahan. Gak sungkan, mereka rela kehilangan jati diri bahkan rasa welas asih demi mendapat "kemudahan".

      Yah, politik dimana-mana bikin galau ya..
      Masih relevan banget sih.. buku 1984. Apalagi untuk merenung apa yang bagus dari pemerintah sistem otoriter ini?
      Seperti semuanya serba teratur dan sopan, gak ada bebas mengeluarkan pendapat sehingga meminimalisir perdebatan dan perpecahan.

      ReplyDelete
    8. Sewaktu pandemi merebak awal 2020, buku ini sempat viral karena meramalkan manusia akan dikendalikan melalui karantina massal. Orang-orang dilarang bepergian. Sekarang pandemi memang akhirnya melandai, dan kita sudah bebas beraktivitas. Cuma, saat ini dimana-mana banyak kamera pengawas. Kira-kira terkoneksi nggak dengan cerita di atas? Entahlah.

      ReplyDelete
    9. Wew serem ya. Telescreen itu kayak cctv dan bisa dipsang tanpa sepengetahuan pemilik rumah. Kayak di film2 thriler gitu soalnya kalo penjahat suka masang cctv di rumaj calon korban

      ReplyDelete
    10. Waah senang nih ada yang mengulas Big Brother is Watching You hehe. SUPER FAVORIT BANGET INI. Aku baca sampai dua kali, terus sampai nonton juga. Hebat sih Orwell “merasakan” beberapa konsep masa depan. Aku suka sama konsep yang pembatasan bahasa

      ReplyDelete
    11. Kalau dibilang relevan atau nggak bisa jadi ya bisa jadi nggak. Betul kata Ben Pimlott di kata pengantar, jadi bisa dibuat refleksi saja

      ReplyDelete
    12. Aku pernah sekilas baca buku ini waktu jaman kuliah soal ya itu kebebasan berbicara. Kayanya harus re-read lagi karena bener2 lupa banget isinya, agak sedikit tercerahkan pas liat ini

      ReplyDelete
    13. Udah baca nih novel George Orwell kebetulan nemu versi bahasa Inggrisnya di perpus waktu belajar IELTS. Ini salah satu buku yang direkomendasiin di tempat belajar. 1984 nih udah jadi nyata sebenernya. Kalo liat sistem di negara China, persis plek seperti di novel 1984.

      ReplyDelete
    14. aku belum pernah baca bukunya george orwell ini tapi pastinya ini novel yang bagus yaa. cuma mungkin untuk menyelesaikannya perlu waktu karena termasuk novel yang berat

      ReplyDelete
    15. Setuju, buku bertemanegara/politik/partai selalu relevan dibaca kapanpun. Tahu lah pemerintahan otoriter yang mencengkram kebebasan rakyatnya dalam sejarah kehidupan manusia selalu ada

      ReplyDelete
    16. Iya, kalau menurutku juga masih relevan mbak, karena kekuasaan yang ada di tubuh pemerintah masih ada yang menyalahgunakan di berbagai belahan dunia.

      ReplyDelete
    17. Widih kayak.y novel ini penuh intrik, jadi mikin pembaca banyak mikir. Selain itu, hal" yg berbau politik, kebebsan berbicara dan lainnya selalu seru buat dibahas apalagi dibaca

      ReplyDelete
    18. Telescreen itu kayak cctv gitu kali ya. Hehe pintar novelisnya udah tahu di masa depan bakal ada elektronik seperti telescreen. Salut euy padahal ditulis tahun berapa itu

      ReplyDelete

    Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.