-->
  • Beri Aku Cerita yang Tak Biasa : Cara Asyik Nguri-Nguri Budaya

     

    Beri Aku Cerita yang Tak Biasa: Cara Asyik Nguri-Nguri Budaya



    Siang belum lama berlalu, semburat kemerahan pun masih berjejak di kaki upuk. Saya berulangkali merapikan kain batik Tasikmalaya bermotif sawoan, dan kebaya panjang berwarna senada di depan cermin. Walaupun dalam undangannya tidak mencantumkan dress code, tapi saya ingin menyesuaikan dengan buku antologi bersama, karya 28 penulis perempuan yang mengangkat tema budaya

    Malam itu, 7 Oktober 2022, saya akan menghadiri Webinar “Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa”, yang digelar oleh komunitas Ibu-Ibu DoyanNulis (IIDN). Buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa ini, merupakan cara  IIDN Mensyukuri, menjaga serta turut merayakan warisan budaya Nusantara.

    Tiga Alasan IIDN Menulis Cerpen Budaya Filmis Beri Aku Cerita yang Tak Biasa Elang Nuswantara

    1. Panggilan

    Menuliskan buku bertema budaya, bukan hal yang baru bagi IIDN. Sejak tahun 2018, komunitas yang terdiri dari penulis perempuan dengan berbagai genre ini. Telah menghasilkan dua buah buku antologi bersama, dalam dalam bentuk nonfiksi. Hasil kerjasama antara IIDN dengan Kemendikbud.

    Buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa,  merupakan karya IIDN pertama bertema budaya dalam bentuk fiksi yang di launching pada bulan Agustus di Perpusnas.

    2. Menarik

    Banyak orang yang beranggapan, budaya bukanlah tema yang seksi untuk disajikan dalam sebuah tulisan. Namun IIDN justru memiliki pandangan yang sebaliknya, terbukti selama ini IIDN sering menuliskan tema-tema yang belum banyak dilirik oleh banyak orang. Misalnya IIDN menulis buku bertema mental health yang berjudul Semeleh. Pada saat itu, tema tersebut dianggap kurang digemari oleh pembaca.

    3. Membawa Pesan

    Buku ini membawa pesan penting, yang selama ini belum tersampaikan. Melalui sebuah cerpen, diharapkan petuah-petuah agung para leluhur dapat lebih mudah tersampaikan kepada pembaca.

    Begitu gerbang dibuka, 109 peserta disambut dengan bebunyian yang begitu halus merasuk ke dalam sukma yang menggetarkan jiwa. Gamelan Jawa. Disusul penayangan gambar-gambar penulis, diiringi musik bertempo cepat menguarkan kemeriahan.

    Diam-diam dalam hati terbit secarik sesal, kenapa saya tidak seberuntung mereka menjadi bagian dari pasukan Elang Biru Nuswantara. Para penulis hebat yang mampu melahirkan sebuah adikarya berupa kumpulan cerpen berbalut kearipan lokal, dengan packaging yang cantik.

    Sebelum acara dibuka,  terlebih dahulu kami disuguhi monolog berisi cuplikan-cuplikan dari ke 38 Cerpen dalam buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa.

    https://youtu.be/0xXhiqmHDE4

    Novarty yang didapuk sebagai host memulai acara dengan kata pembuka, yang menggiring pada sebuah kesadaran “jika bukan kita yang peduli pada budaya sendiri, lalu siapa?”

    Bhineka Tunggal Ika ‘berbeda-beda tetapi satu jua’ adalah jati diri Bangsa Indonesia yang sudah lama terpatri. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia kaya akan keragaman budaya dan tradisi, serta dilengkapi dengan kuliner yang menggugah selera.

    Namun modernisasi seakan menutup kemegahan budaya dan tradisi Indonesia. Banyak generasi muda yang tidak mengenal budaya dan tradisi negara ini. Sudah saatnya kita mulai mengangkat kembali keindahan budaya dan tradisi Indonesia, memperkenalkan kembali pegangan yang selama ini dipegang kuat oleh nenek moyang dalam bingkai cerita yang menarik. “

    Webinar ini menghadirkan tiga narasumber yaitu :

    1. Widyanti Yuliandari

    Bloger kondang yang telah berhasil memenangkan puluhan lomba blog ini, akrab dipanggil bu Ketu. Ia adalah ketua Ibu-Ibu Doyan Nulis, sebuah komunitas perempuan yang mempunya visi memajukan perempuan Indonesia melalui dunia menulis.

    Dalam uraiannya, ia mengatakan bahwa buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa merupakan output dari berbagai pelatihan menulis yang diadakan oleh IIDN baik secara gratis maupun berbayar. Surprise! ternyata bu Ketu yang selama ini dikenal sebagai life style bloger yang tidak pernah menulis karya fiksi, menyumbang sebuah cerpen berlatar budaya Pendalungan.

    Karyanya berjudul “Dari Taneyan Lanjang Menuju Wageningen”. Diakui oleh perempuan berdarah Jawa - Madura ini. Sedikit banyak menggambarkan dirinya yang berasal dari daerah Tapal Kuda, dan bercita-cita ingin melanjutkan studi ke kota Wageningen.

    Beri Aku Cerita yang Tak Biasa: Cara Asyik Nguri-Nguri Budaya


    Duh Jadi penasaran ingin baca, apalagi konfliknya tentang cinta yang kandas. Pasti sangat menarik. Saya sampai googling Taneyan Lanjang ini seperti apa? kota wageningen itu dimana? 

    Tapi diam-diam saya tuh lebih  kepo lagi, pengen tahu cara bu ketu men-switch kebiasaannya menulis nonfiksi. Tiba-tiba harus menulis sebuah cerita fiksi dalam kapasitasnya sebagai ketua IIDN. 

    Penasaran juga kan? katanya begini teman-teman, dengerin baik-baik ya. Kalau bisa tulisannya di bold, digarisbawahi, sekalian dikasih stabilo gonjreng soalnya penting banget. Yaitu kesediaannya untuk membuka diri demi memenuhi panggilan, atau membuka diri terhadap kemungkinan-kemungkinan baru. Keren banget kan, wajib  ditiru nih…

    Malam itu, bu Ketu yang tidak pernah pelit membagi ilmu kepenulisan  juga memberikan tips-tips menulis cerita fiksi bagi pemula. Diawali dengan terlebih dahulu menguliti mitos-mitos yang selama ini melekat pada cerita fiksi, seperti harus pinter menghayal, hanya dapat ditulis oleh orang yang berbakat, dan jenis tulisan yang mudah dibuat. Ternyata itu semua big no.

    2. Kirana Kejora

    Penulis yang akrab dipanggil Mba Key atau ibu e ini adalah seorang writerpreneur, pendiri Elang Nuswantara, penulis novel-novel best seller yang sebagian diantaranya telah dialihwahanakan ke layar lebar, dan juga aktif sebagai produser film.

    Ini bukan kali pertama, saya ikut sharing kepenulisan bersama Mba Kirana. Gaya penyampaian yang penuh semangat dan cepat, dijamin enggak bakalan ngantuk deh walaupun menyimak pemaparannya berjam-jam. Beneran enggak berasa.

    Dua hal yang saya ingat dari bu e yang belum lama mantu ini, pertama jangan hanya jadi penulis tetapi harus naik kelas jadi writerpreneur. Jangan salah lho, writerpreneur itu bukan perkara jualan buku. Lalu apa dong?  hasil karya yang kita  lahirkan melalui rahim jari jemari itu harus layak untuk dibaca, diwariskan, dan dimiliki.

    Kedua, ceritanya harus filmis. Dimana setiap kata seperti gambar yang menampilkan adegan demi adegan, yang dirajut dalam sebuah jalinan kisah. Sebuah cerita dapat dikategorikan filmis jika mengandung  tiga unsur yaitu  masuk akal (plausible), mengandung kejutan (plot twist) dan menggetarkan (Horibble).

    Selain itu cerita yang baik juga, di dalamnya  harus terdapat drama keluarga, kisah cinta (roman), mengandung unsur religi, dan satire. Sehingga ketika orang selesai membacanya akan merasa tertampar yang memantik sebuah kesadaran.

    Beri Aku Cerita yang Tak Biasa: Cara Asyik Nguri-Nguri Budaya


    Malam itu pemimpin pasukan elang merah, elang putih dan elang biru  ini, membuat hati berbunga-bunga. Ia mengatakan 109 peserta yang hadir dalam Webinar ini, adalah insan yang terpilih untuk mencintai budaya Nusantara. Kalau bukan kita, sopo meneh? Siapa lagi? Saha deui?

    Karena alasan itulah pada tanggal 14 Maret 2022, berdiri sebuah komunitas penulis pecinta budaya dan alam Indonesia, yaitu Elang Nuswantara. Dengan jargon menerbangkan karya membuanakan jiwa dengan berkekasih semesta tanpa ketaksaan.

    3. Rahmi Azis

    Rahmi Azis atau Rahmi  C. Mangi, menulis sebuah cerpen dengan tema Mappasikarawa. Tahapan puncak proses pernikahan dalam budaya Bugis.

    Mappasikarawa adalah pertemuan pertama antara mempelai laki-laki, dengan mempelai perempuan setelah sah menjadi suami istri. Pada proses ini  mempelai laki-laki diperkenankan untuk menyentuh beberapa bagian tubuh mempelai perempuan, diantaranya ubun-ubun dan dada yang ada di bawah leher. Sentuhan tersebut sebagai simbol, seorang suami harus mampu menggenggam hati istrinya dalam menjalani pernikahan.

    Mappasikarawa ini sebenarnya adalalah proses pertemuan antara suami istri, dengan prinsip-prinsip yang harus dipegang  bersama selama pernikahan. Salah satunya adalah prinsip kejujuran, yang dijadikan sebagai  konflik utama dalam cerita pendeknya.

    Alasan  perempuan cantik yang berprofesi sebagai dokter gigi ini mengambil tema Mappasikarawa. Berangkat dari keinginannya untuk memperkenalkan budaya ini kepada masyarakat luas. Karena ia menganggap Mappasikarawa belum dikenal oleh banyak orang, seperti adat Bugis lainnya yaitu budaya Uang Panai’ dan Silarian.

    Beri Aku Cerita yang Tak Biasa: Cara Asyik Nguri-Nguri Budaya
    Sumber: Grup Facebook Ibu-Ibu Doyan Nulis

    Bukan Sekedar Menghayal

    Setelah mengikuti Webinar ini, alhamdulillah saya menjadi lebih faham. Membuat sebuah cerita fiksi tidak cukup hanya sekedar jago menghayal. Tetapi harus disertai dengan riset yang mendalam. Seperti cerpen berjudul “Totopong Hanjuang Kakek”, yang ditulis Mbak kirana bersama Hedy Rahadian dalam buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa. Cerpen tersebut merupakan cuplikan dari novel Seruni Niskala yang mereka tulis berdua, dengan mengambil riset di daerah Bambayang Jati Gede, Sumedang.

    Pada ratusan tahun silam, saat  budaya menulis belum dikenal apalagi teknologi vidio. Para leluhur yang hanya mengenal budaya literasi secara lisan, berusaha mewariskan nilai-nilai kebaikan melalui simbol-simbol filosofis pada setiap benda yang dipakai.

    Totopong, iket khas Sunda, yang berupa kain segi empat bermakna kereteg ati. Dimana keempat sudutnya melambangkan simbol niat, lisan, prilaku dan raga.

     2 in1

    Menyimak pemaparan dari para narasumber, saya menyimpulkan buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa ini adalah kategori buku kesukaan saya banget. Buku yang tidak hanya sekedar menghibur, tetapi juga menambah ilmu pengetahuan.

    Sudah lama saya jatuh cinta pada buku-buku seperti ini. Gue banget, cara dapat ilmu pengetahuan dengan asyik.  Saking cintanyanya, sampai punya panggilan kesayangan yaitu buku 2in1. Blog www.oemyikbar.com  sebagian besar isinya resensi buku-buku seperti ini.

    Beri Aku Cerita yang Tak Biasa: Cara Asyik Nguri-Nguri Budaya


    Adikarya

    Beri Aku Cerita yang Tak Biasa adalah sebuah adikarya yang ditulis dengan hati bersih, dan perenungan mendalam. Sehingga gaungnya pun mampu menembus relung-relung hati hingga mancanegara. Melintas samudra  menemui pembacanya hingga benua merah.

    Buku bersampul biru muda ini, selain memantik kesadaran pembaca  ditanah air untuk lebih peduli terhadap budaya. Kehadirannya di US Library Of Congress Representative Office, juga menjadi penyampai pesan para leluhur  bagi penduduk negara Uncle Sam.

     Bertabur Hadiah

    Mengikuti Webinar yang berlangsung selama 120 menit ini, bener-bener menang banyak. Selain dapat ilmu kepenulisan dari para narasumber expert, juga bisa dapat hadiah. Bagi penanya pertama yang on camera dan tiga orang yang dapat menjawab pertanyaan.

    Itu aja? No masih ada lagi tantangannya yaitu membuat IG story dan lomba membuat liputan. Berhadiah utama masing-masing Rp, 500.000  bagi dua orang pemenang, dan dua pemenang hiburan berhadiah buku Beri Aku cerita yang Tak Biasa.

    Yuk ikuti tantangannya. Eh biar enggak penasaran, teman-teman bisa mengintip dulu book trailernya  disini:

    https://www.facebook.com/wyuliandari/videos/736740844098486/?idorvanity=165731113482130


  • You might also like

    15 comments:

    1. Memang luar biasa Yaa acara ini mba. Benar2 menyentuh jiwa. Budaya memang mengandung filosofi kuat, jika hal2 baiknya terus kita pegang pasti akan berdampak baik juga.

      ReplyDelete
    2. Asli cara asyik nguri-uri budaya ini, Beri Aku Cerita yang Tak Biasa adalah sebuah adikarya yang ditulis dengan perenungan mendalam sehingga jadi karya luarbiasa

      ReplyDelete
    3. Perempuan-perempuan hebat di bidang penulisan blog ini ya, keren banget, saya semoga kedepannya menjadi salah satunya dari mereka ini niy kak, menjadi penulis yang menginspirasi banyak penulis lainnya seperti mba Kirana, mba Wid, dan Kak Rahmi serta yang lainnya

      ReplyDelete
    4. Penisirin bu Ketu nulis fiksi bakal gimana jadinya. Dari Taneyan Lanjang Menuju Wageningen, bikin kepo kan jadinya. Aku sendiri lagi belajar terus nulis fiksi, jadi harus banyak baca tulisan fiksi juga. Pasti webinar kemaren seruuu.

      ReplyDelete
    5. Seru memang hadir di webinar ini ya Mbak. Terbayang proses para penulis membuat karya-karya yang keren ini. Cerita dan paparan dari Mbak Widya, Bu'e Kirana, dan Mbak Rahmi pun sukses rasanya memacu semangat para penulis pemula seperti saya ini hehehe

      ReplyDelete
    6. Wah asli keren banget ya kak dari sebuah tulisan bisa sekaligus nguri-uri budaya yang memang harus dipertahankan

      ReplyDelete
    7. Sy sebagai orang bugis ngerasa bangga sih dengan adanya buku ini yang jg memperkenalkan adat bugis

      ReplyDelete
    8. Proficiat buat IIDN. Salut atas keberanian para penulisnya untuk menulis fiksi bertema budaya. Dunia fiksi bertema budaya harus dihidupkan.

      ReplyDelete
    9. MasyaAllaah, aku kemarin pas ikutan webinarnya juga takjub bangett, nonton teaser bukunya aja dah penasarann, pengen segera ikut bacaa

      ReplyDelete
    10. IIDN dan mba Kirana memang keren ya bisa menyatukan budaya dalam satu karya

      ReplyDelete
    11. Aku juga ikutan webinarnya mbak, serasa terhipnotis mengikuti acaranya, runut dan terstruktur, suka dengan pemaparan pemateri yang menggebu-gebu, masih menunggu bukunya, penasaran segera ingin baca

      ReplyDelete
    12. Baru tau nih ada tradisi Mappasikarawa berkat Mba Rahmi C. Mangi. Belum banyak yang mengangkat tradisi yang satu ini ya.Great job, IIDN. Berhasil membangkitkan imajinasi para penulis perempuan Indonesia sekaligus mengangkat budaya adiluhung negara tercinta.

      ReplyDelete
    13. Mengkaji kembali apa makna perbedaan di tengah kejadian yang baru-baru ini kita alami.
      Sajian menarik dari sebuah buku budaya yang diangkat oleh IIDN Menulis dan tim Cerpen Budaya Filmis "Beri Aku Cerita yang Tak Biasa" Elang Nuswantara membawa angin segar yang memberikan nafas baru di dunia literasi.

      ReplyDelete
    14. Wah jadi kepo lihat dan baca isi bukunya pastinya menarik dan bagus banget ya mbak cuss lah mau order

      ReplyDelete
    15. wah menarik ya, mengangkat budaya melalui cerpen. webinarnya juga tampak menarik, sayang aku ga ikutan huhu. biasanya bu ketu, mba wid, memberikan tips dan pesan2 yang dapat langsung kita coba terapkan

      ReplyDelete

    Komentar anda merupakan sebuah kehormatan untuk penulis.