The
Castle in the Pyrenees adalah novel karya Jostein Gaarder ke lima yang saya
baca. Sebelumnya saya sudah tamat membaca The Puppeter, Dunia Shopie,
Perpustakaan Bibi Boken dan Dunia Cecilia. Jadi sudah siap mental dong dengan
buku yang berjudul kecil Kisah Filosofis tentang Jiwa dan Nurani ini.
Gas
pol baca.
Ternyata
teman-teman, walaupun tidak terlalu tebal saya memerlukan 5 hari untuk
membacanya. Anak IPS lumayan oleng juga ketika diajak membahas fisika kuantum,
mimpi kosmik, sejarah alam semesta, apalagi tentang jiwa dan spiritual wkwkwk. Harus dibaca pelan-pelan biar mudeng,
naon maksudna si opah teh?
Judul Buku : The
Castle in the Pyrenees | Penulis : Jostein Gaarder | Penerjemah : Irwan Syahrir
|Penerbit : Mizan | Tahun Terbit : 2018, Cetakan 1 | Jumlah Halaman : 296
halaman| ISBN : 978 602 441 022 3 |
The Castle in the Pyrenees
Novel
ini berkisah tentang sepasang kekasih, Solrun dan Stein, yang tiba-tiba bertemu
setelah berpisah selama 30 tahun di hotel tempat terakhir mereka bersama,
bahkan Solrun dan keluarganya menempati kamar yang sama . Pertemuan itu
mengagetkan keduanya, Stein hampir saja menumpahkan kopinya ketika melihat
Solrun sedang berdiri di balkon.
Tiga
puluh tahun yang lalu mereka adalah pasangan muda yang saling mencintai, bahkan
sampai kini api itu tidak pernah padam di hati mereka. Besarnya rasa cinta
Solrun kepada Stein, kadang perempuan itu merasa memiliki suami dua.
Neil
Patels, suami Solrun, mengizinkan ketika istrinya meminta waktu untuk bertemu
dengan Stein. Dari hasil pertemuan tersebut, mereka sepakat untuk saling
mengirimkan email dengan catatan email yang dikirimkan maupun yang diterima
harus langsung dihapus.
Perbedaan Cara Pandang
Jostein
Gaarder emang keren, walaupun cerita yang disajikan dalam novel ini lumayan
boring tetapi saya tetep setia membalik halaman demi halaman untuk mengetahui
penyebab perpisahan Solrun dan Stein. Rasa penasaran itu bahkan mulai tersemai
sejak saya membaca blurbnya.
Bagaimana
enggak kepo coba? Bagaimana bisa pasangan yang sudah lima tahun bersama dan
segitu bucinnya harus berpisah begitu saja. Gara-gara Solrun dan Stein pergi ke
gunung karena ingin menghabiskan waktu liburan dengan bermain ski.
Jreng….jreng…disinilah
permasalahan mulai timbul, ketika mobil mereka tiba-tiba terguncang dan ada
sekelebat bayangan merah. Setelah beberapa kilometer melanjutkan perjalanan
Stein baru menyadari bahwa dia telah menabrak seorang perempuan bersyal merah
yang sebelumnya mereka lihat. Untuk memastikan, keduanya memutuskan memutar
arah dan kembali ke TKP ternyata benar di sana terdapat pecahan kaca mobil
mereka. Tetapi anehnya korbannya tidak ada, disana hanya ada selembar syal
merah.
Dalam
keadaan bingung dan ketakutan akhirnya mereka memutuskan untuk tidak jadi main
ski. Sepanjang perjalanan pulang, berbagai kemungkinan berkecamuk dalam pikiran
keduanya.
Mereka
merasa menjadi orang yang paling tidak bertanggung jawab menelantarkan orang yang telah ditabraknya,
untuk memenuhi rasa kepenasarannya mengenai keberadaan korban. Solrun sampai
mengecek berita dari radio dan surat
kabar.
Cinta Menjembatani
kalau ada yang
bilang cinta itu menjembatani segala perbedaan kayaknya enggak berlaku buat
mereka. Setelah terjadi peristiwa itu, Stein yang berpandangan bahwa semua
kejadian di dunia ini bisa dijelaskan dengan sains (metode ilmiah). Menurutnya
tidak ada suatu zat atau entitas yang mengatur terjadinya suatu peristiwa. Seperti
pertemuan mereka kembali setelah tiga puluh tahun berpisah adalah sebuah
kebetulan dan yang murni dan sederhana.
Lelaki itu menjadi
sangat keras kepala, tidak bisa menerima sedikitpun pandangan Solrun bahwa
semua yang terjadi di dunia ini sudah ada yang mengatur.
Kenapa Judulnya Harus Castle in The Pyrenees?
Itu adalah salah
satu pertanyaan saya, ketika sampai di halaman akhir buku ini. Karena ketika
membaca judulnya saya menebak bahwa latar belakang cerita dalam novel ini
terjadi di kastil yang ada di Pyreness. Ternyata jauh guys, dalam novel ini
penulis mengajak pembacanya untuk menyadari posisi kesadaran manusia di alam
semesta. Selain itu Justein Gaarder juga mengajak kita jalan-jalan menikmati
keindahan alam Norwegia, yang nama-namanya susah banget untuk diingat wkwkwk.
Lukisan Castle In The Pyrenees Sumber Gambar : Wikipedia |
Penasaran dong
saya akhirnya googling. Ternyata
teman-teman, menurut Wikipedia Castle in The Pyrenees adalah lukisan cat minyak
di atas kanvas karya surealis Belgia yang bernama Rene Magritte. Lukisan yang selesai
pada tahun 1959 ini menggambarkan sebuah batu besar yang mengapung di atas laut
dan di atasnya terdapat kastil batu. Lukisan tersebut menggambarkan sebuah
mimpi yang mustahil.
Apakah relate
dengan cerita dalam novel ini? Teman-teman baca deh, walaupun agak membosankan ceritanya
luar biasa keren melaui diskusi antara Stein dan Solrun semakin menguatkan kesadaran
bahwa manusia itu sangat lemah tergantung kepada terdapat suatu entitas yang
mengatur segala kejadian di alam semesta ini.
Aku langsung ngakak pas baca jalan2 Norwegia susah disebut apakahi dihapal. Karena aku juga mikir yg sama. Temen soalnya ada di Norwegia klo denger dia cerita suka bingung nama2 jalannya
ReplyDeleteNovel luar selalu luar biasa ya, Mba. Walau kadang boring di awal, tapi selalu penasaran. Terlebih lagi selalu ada pembelajaran dan makna yang sengaja diselip penulis. Jadi penasaran juga pingin baca. 😅
ReplyDeletejadimikir keras, mengkorelasikan judul novel dengan makna ceritanya, waa..jadi penasaran mau baca novelnya.
ReplyDeleteAsli keren sih novel The Castle in the Pyrenees karya Jostein Gaarder ini ya kak, fix wajib banget dibaca weekend ini
ReplyDeletesaya juga tadi langusng penasaran dengan Castle in Pyrenees ini ternyata lukisan lama tahun 1959 wow banget ya salah satu bukti sejarah, terkadang mimpi yang mustahil menjadi kenyataan berkat keyakinan dan mukjizat
ReplyDeleteUhuy, langsung masukin ke wishlist buku, nih. Terima kasih sharingnya, Kak
ReplyDeleteTernyata statemen akhirnya tetap pada prinsip yang dipegang solrun, ya. Bolehlah dibaca saat senggang
ReplyDeleteWah rekomendasi yang bisa dibaca di waktu luang. Menambah literasi tentang novel juga.
ReplyDeleteAda bocoran ini kisah ada horornya gak sih
ReplyDeleteHehehe ... setelah si korban hilang hanya menyisakan syal merah, apakah ada kisah mistis kaya di kisah tanah air? Jika iya, baru saya penasaran mau baca juga novelnya. Hehehe
Mbak, aku baca Neil Patels kok inget Ubbersuggest. Haha.. Dari judulnya, kupikir ini novel fantasy ternyata romance dan kayaknya ada sisi misterinya ya. Menarik meski kadang bahasa terjemahan itu butuh effort untuk paham sama jalan ceritanya.
ReplyDeletekalau baca novel gini tuh berasa diajak melakukan perjalanan dan bertualang ya Kak
ReplyDeletemakasih reviewnya kak, jadi pengen baca diriku
MasyaAllah aku aja yang lulusan kimia dulu juga oleng kalau bahas bagian fisika kuantum wkwkwkwk. Tapi aku jadi penasaran dong wkwkwkwk
ReplyDeleteWah, novel byang menarik ini
ReplyDeleteAku pun penasaran sama cerita lengkapnya
Jadi pengen baca juga deh
Baca resensi novel ini seru juga ya, jadi penasaran!
ReplyDeleteTulisannya mengajak kita mempertanyakan makna cinta dan peran kebetulan dalam hidup. Perlu dibaca dengan kesabaran dan pikiran terbuka.
Novel romance tapi ada balutan ilmiahnya juga yah, baca resensinya jadi penasaran buat baca deh
ReplyDeletesudah lama tidak menonton eh membaca novel fiksi begini, aku penasaran jadinya kalau yang berbau ekstakta begini hihi
ReplyDeletebaca novelnya jostein gaardner ini kadang memang perlu waktu untuk mencernanya yaa. aku baru baca perpustakaan ajaib bibbi bokken sama gadis jeruk dan kayaknya 2 novel ini paling ringan dibanding novel yang lain
ReplyDeletePada akhirnya semua orang percaya bahwa ada yang mengatur alam ini ya. Cocok juga bukunya untuk orang yang masih mencari filosofi hidup.
ReplyDeleteBagus banget yaa.. ide novelnya dari sebuah karya seni lukisan.
ReplyDeleteDan ini menambah wawasan bagi aku yang gak kenal seni, jadi membaca Castle In The Pyrenees, semakin membuka wawasan per-karakter serta memaknai pesan sang penulis, Jostein Gaarder.
Versi terjemahannya nyaman dibaca ya, ka Oemy?
Nyaman Teh....enggak aneh bacanya
Deleteada kata-kata Neil Patels dan langsung ingat ahli SEO hehe..btw, ceritanya sepertinya alur lambat ya, banyak renungan dan kudu dibaca pelan-pelan...
ReplyDeleteIde karya novelny berasal dr lukisan karya seni batu besar yg mengapung d laut...yang menggambarkn sesuatu yg mustahil terjadi...jd pgen mmbaca scara keseluruhan novelnya...
ReplyDelete